“Mendaki melintas bukit, berjalan
letih menahan berat beban..” sepenggal lirik Mahameru karya Dewa 19 ini pantas
untuk mengawali tulisanku kali ini. Tapi ini bukan tulisan tentang pendakian kepuncak abadi para dewa, ini tentang pendakianku ke Gunung Sindoro, Temanggung
Jawa Tengah.
Sebenarnya setelah dari Merbabu
kemarin perjalananku untuk menapaki puncak gunung akan aku pending untuk
sementara waktu. Rencananya mau melanjutkan kewajiban utamaku sebagai mahasiswa
tingkat akhir, apalagi kalo bukan skripsi. Iya, skripsiku yang lama tak
tersentuh akan aku dekati lagi, tapi tiba-tiba entah ada angin apa ada tawaran
dari salah seorang teman untuk mendaki ke Sindoro. Gimana ini, antara
bermesraan dengan skripsi atau menyalurkan keinginan dari dalam jiwa yang
begitu kuat ke Sindoro. Masih ada waktu 2 minggu untuk memutuskan, lagi pula
personil yang ikut para pria tangguh semua, agak ragu juga untuk ikut
bergabung. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti ajakan yang menggiurkan itu,
asalkan ada ceweknya. Pada H-3 telah disepakati yang ikut ada 6 orang, 4 cowok,
2 cewek. Tapi kenapa H-1 badan malah kurang fit gini, sepertinya mau terserang
flu, harus segera dipulihkan ini kalo gak mau gagal ikut pendakian. Dan
alhamdulillah pada hari H kondisi badan sudah membaik, oke siap berangkat,
tentunya sudah mengantongi ijin dari orang tua pastinya.
Benar-benar pendakian dadakan
ini, ahh.. tak apalah yang penting jadi ke Sindoro. Tanpa berpikir panjang aku
langsung mencari tau informasi tentang medan Sindoro, apalagi kalo bukan tanya
Mr. Google dan sempat tanya-tanya teman juga yang sudah pernah mendaki ke
Sindoro. Dan ternyata, oh My God, treknya benar-benar menantang ini. Sempet
ragu juga kira-kira sanggup gak ya, kemarin aja yang Merbabu udah ngos-ngosan
gak jelas. Ya.. gimana mau dapat pengalaman baru, kalo tantangan baru aja gak
mau dicoba. Oke, aku meyakinkan pada diriku sendiri, aku pasti bisa, pasti
bisa. Segera aku persiapkan alat-alat yang aku butuhkan, menghubungi sodara
yang biasa mendaki untuk aku sewa dulu alat-alatnya (halaaahh.. dasar pendaki
amatiran aku ini, alat-alat saja pinjeman semua haha..)
Sabtu, 2 Juni 2012
Jam 09.00 sudah berada ditempat
seorang teman, cek alat-alat sekalian menunggu satu personil lagi yang belum
datang katanya malah kena ban bocor, yaelahh.. ada aja halangannya. Padahal
rencana awal berangkat jam 10.00 ini malah sudah hampir jam 11.00 belum komplit
juga personilnya. Akhirnya tak lama datang juga dan ternyata dia mengajak
temannya. Jadi total personil ada 7 orang (Aku, Inugk, Ucup, Moris, Fitri,
Agus, dan mas Heri). Setelah semua personil sudah komplit dan alat-alat sudah
beres, perjalanan pun dimulai. Yang semula rencana berangkat jam 10.00 malah
jadi jam 11.30. Sepertinya gak on time itu sudah membudaya di negeri ini, waktu
Indonesia banget ya hehe..
Kita ke Sindoro via jalur
Kledung, Sebenernya Klaten-Temanggung bisa dijangkau 3-4 jam, tapi karena
terjadi suatu hal, di jalan si Moris
malah tiba-tiba hilang gak tau nyasar kemana tu anak. Segera dihubungi, Katanya
dia malah sudah nyampe daerah Temanggung, akhirnya setelah lama saling
cari-mencari, ketemu juga kita di Temanggung. Kita istirahat bentar, makan,
sholat, dan jam 16.30 kita sampai juga di Pos Kledung. Oia sedikit cerita, kita
makan di daerah Temanggung, sepertinya pas kita makan tadi kita dimahalkan
harganya (jawa: di penthung). Masa iya makan hanya telur, kering tempe
(dikit), krupuk 1 (agak mlempem), es teh, harganya 12 ribu (mahaaaaaall!!).
Secara kita mahasiswa sensitif banget masalah duit haha... Menuju Pos Kledung
ini sebenernya gak begitu susah karena memang gak jauh dari jalan Raya
Wonosobo-Magelang. Tapi tetap saja kita tanya berkali-kali ke warga dimana
tepatnya Pos Kledung.
Di basecamp kita istirahat
sebentar, untuk memulihkan fisik kita agar tetap fit setelah beberapa jam
bergelut di aspal yang menyengat. Tak berapa lama di luar malah gerimis,
haduuuhh.. gimana ini. Kita putuskan habis Maghrib kita mulai naik,
alhamdulillah gerimis udah reda. Setelah sholat Maghrib + jama’ Isya’ tentunya
kita siap meluncur ke jalur pendakian, tak lupa diawali dengan berdoa semoga
selamat dan gak terjadi sesuatu hal yang
gak diinginkan.
Dengan modal semangat yang terus
membara, ransel yang lumayan berat dipunggung, senter ditangan masing-masing,
dan mengantongi rute pendakian, pendakian pun dimulai. Kaki kita mulai melangkah
melewati perkampungan, dan tak lama mulai melewati ladang penduduk yang
ditanami kubis dan tembakau dengan jalan berbatu yang rapi yang jaraknya
sekitar 2 km. Dan memang benar, melewati pertengahan ladang penduduk ini memang
lumayan membosankan. Tapi tetap kita nikmati karena didepan mata kita bisa
melihat gunung Sindoro dan di belakang kita bisa melihat gunung Sumbing,
apalagi malam itu ditemani cahaya bulan yang benar-benar mempesona.
Baru berjalan beberapa langkah
saja kaki ini uda mulai kerasa berat, ya memang jalan ditengah ladang ini jalan
berbatu dan terus menanjak, gak salah juga kalo kaki ini mulai kerasa, anggap
aja buat pemanasan. Kita sempat istirahat sebentar disini, untuk mengatur napas
kita yang mulai tak teratur, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi.
Tak lama jalan berbatu rapi sudah
hilang, kemudian kita mulai masuk hutan, melangkah di jalan yang mulai sempit
berbatu dicampur dengan tanah dan rerumputan. Setelah itu kita menemukan pos I
sibajing 1900 Mdpl, disini masih terasa sejuk kanan kiri rindang dengan
pepohonan pinus kanan kirinya. Jalan setapak yang curam dan lumayan licin karna
tadi sempat gerimis sebentar. Jadi harus ekstra hati-hati, salah langkah
bisa-bisa terpeleset, padahal kanan kiri jurang. Kita jalan terus, dan entah
ini sudah melewati pos II atau belum. Diantara kita ini memang belum ada yang
pernah ke Sindoro, jadi petunjuk utama kita hanyalah rute hasil googling haha..
Entah ini sudah keberapa kali
kita istirahat, lebih dari separuh kita adalah pendaki pemula, jadi ya maklum
sering istirahat hehe.. Trek Sindoro memang benar-benar na’udzubillah, gak
nyangka bakalan sesadis ini. pendakian yang benar-benar memacu adrenalin, trek
yang sangat menantang dengan medan berbatu dan terus menanjak, dan bisa di
bilang nyaris tanpa trek bonus, alhasil kualitas dan kuantitas break pun
meningkat.
Akhirnya jam 23.30 kita sudah
berada di tanah lapang, mungkin ini pos III. Agak ragu juga nyebut ini pos III
karena memang gak ada tanda yag menunjukkan kalo ini pos III. Tapi disini sudah
ada beberapa tenda yang sudah berdiri sebelum kita. Kita sepakati untuk ngecamp
disini, dan langsung saja aku ikut bantu mendirikan tenda dome. Sebagian dari
kita mulai masak mie sekedar untuk mengisi kekosongan perut dan buat kopi,
lumayan menghangatkan tubuh ini ditengah dinginnya hutan rimba. Setelah perut
sudah terisi, kita langsung masuk ke sleeping bag masing-masing, zzzZzz..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar