Rabu, 06 Juni 2012

Kejutan Pendakian Sindoro (Part 1)





“Mendaki melintas bukit, berjalan letih menahan berat beban..” sepenggal lirik Mahameru karya Dewa 19 ini pantas untuk mengawali tulisanku kali ini. Tapi ini bukan tulisan tentang pendakian kepuncak abadi para dewa, ini tentang pendakianku ke Gunung Sindoro, Temanggung Jawa Tengah.

Sebenarnya setelah dari Merbabu kemarin perjalananku untuk menapaki puncak gunung akan aku pending untuk sementara waktu. Rencananya mau melanjutkan kewajiban utamaku sebagai mahasiswa tingkat akhir, apalagi kalo bukan skripsi. Iya, skripsiku yang lama tak tersentuh akan aku dekati lagi, tapi tiba-tiba entah ada angin apa ada tawaran dari salah seorang teman untuk mendaki ke Sindoro. Gimana ini, antara bermesraan dengan skripsi atau menyalurkan keinginan dari dalam jiwa yang begitu kuat ke Sindoro. Masih ada waktu 2 minggu untuk memutuskan, lagi pula personil yang ikut para pria tangguh semua, agak ragu juga untuk ikut bergabung. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti ajakan yang menggiurkan itu, asalkan ada ceweknya. Pada H-3 telah disepakati yang ikut ada 6 orang, 4 cowok, 2 cewek. Tapi kenapa H-1 badan malah kurang fit gini, sepertinya mau terserang flu, harus segera dipulihkan ini kalo gak mau gagal ikut pendakian. Dan alhamdulillah pada hari H kondisi badan sudah membaik, oke siap berangkat, tentunya sudah mengantongi ijin dari orang tua pastinya.

Benar-benar pendakian dadakan ini, ahh.. tak apalah yang penting jadi ke Sindoro. Tanpa berpikir panjang aku langsung mencari tau informasi tentang medan Sindoro, apalagi kalo bukan tanya Mr. Google dan sempat tanya-tanya teman juga yang sudah pernah mendaki ke Sindoro. Dan ternyata, oh My God, treknya benar-benar menantang ini. Sempet ragu juga kira-kira sanggup gak ya, kemarin aja yang Merbabu udah ngos-ngosan gak jelas. Ya.. gimana mau dapat pengalaman baru, kalo tantangan baru aja gak mau dicoba. Oke, aku meyakinkan pada diriku sendiri, aku pasti bisa, pasti bisa. Segera aku persiapkan alat-alat yang aku butuhkan, menghubungi sodara yang biasa mendaki untuk aku sewa dulu alat-alatnya (halaaahh.. dasar pendaki amatiran aku ini, alat-alat saja pinjeman semua haha..)

Sabtu, 2 Juni 2012
Jam 09.00 sudah berada ditempat seorang teman, cek alat-alat sekalian menunggu satu personil lagi yang belum datang katanya malah kena ban bocor, yaelahh.. ada aja halangannya. Padahal rencana awal berangkat jam 10.00 ini malah sudah hampir jam 11.00 belum komplit juga personilnya. Akhirnya tak lama datang juga dan ternyata dia mengajak temannya. Jadi total personil ada 7 orang (Aku, Inugk, Ucup, Moris, Fitri, Agus, dan mas Heri). Setelah semua personil sudah komplit dan alat-alat sudah beres, perjalanan pun dimulai. Yang semula rencana berangkat jam 10.00 malah jadi jam 11.30. Sepertinya gak on time itu sudah membudaya di negeri ini, waktu Indonesia banget ya hehe..

Kita ke Sindoro via jalur Kledung, Sebenernya Klaten-Temanggung bisa dijangkau 3-4 jam, tapi karena terjadi suatu hal,  di jalan si Moris malah tiba-tiba hilang gak tau nyasar kemana tu anak. Segera dihubungi, Katanya dia malah sudah nyampe daerah Temanggung, akhirnya setelah lama saling cari-mencari, ketemu juga kita di Temanggung. Kita istirahat bentar, makan, sholat, dan jam 16.30 kita sampai juga di Pos Kledung. Oia sedikit cerita, kita makan di daerah Temanggung, sepertinya pas kita makan tadi kita dimahalkan harganya (jawa: di penthung). Masa iya makan hanya telur, kering tempe (dikit), krupuk 1 (agak mlempem), es teh, harganya 12 ribu (mahaaaaaall!!). Secara kita mahasiswa sensitif banget masalah duit haha... Menuju Pos Kledung ini sebenernya gak begitu susah karena memang gak jauh dari jalan Raya Wonosobo-Magelang. Tapi tetap saja kita tanya berkali-kali ke warga dimana tepatnya Pos Kledung.

Di basecamp kita istirahat sebentar, untuk memulihkan fisik kita agar tetap fit setelah beberapa jam bergelut di aspal yang menyengat. Tak berapa lama di luar malah gerimis, haduuuhh.. gimana ini. Kita putuskan habis Maghrib kita mulai naik, alhamdulillah gerimis udah reda. Setelah sholat Maghrib + jama’ Isya’ tentunya kita siap meluncur ke jalur pendakian, tak lupa diawali dengan berdoa semoga selamat dan  gak terjadi sesuatu hal yang gak diinginkan.

Dengan modal semangat yang terus membara, ransel yang lumayan berat dipunggung, senter ditangan masing-masing, dan mengantongi rute pendakian, pendakian pun dimulai. Kaki kita mulai melangkah melewati perkampungan, dan tak lama mulai melewati ladang penduduk yang ditanami kubis dan tembakau dengan jalan berbatu yang rapi yang jaraknya sekitar 2 km. Dan memang benar, melewati pertengahan ladang penduduk ini memang lumayan membosankan. Tapi tetap kita nikmati karena didepan mata kita bisa melihat gunung Sindoro dan di belakang kita bisa melihat gunung Sumbing, apalagi malam itu ditemani cahaya bulan yang benar-benar mempesona.

Baru berjalan beberapa langkah saja kaki ini uda mulai kerasa berat, ya memang jalan ditengah ladang ini jalan berbatu dan terus menanjak, gak salah juga kalo kaki ini mulai kerasa, anggap aja buat pemanasan. Kita sempat istirahat sebentar disini, untuk mengatur napas kita yang mulai tak teratur, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Tak lama jalan berbatu rapi sudah hilang, kemudian kita mulai masuk hutan, melangkah di jalan yang mulai sempit berbatu dicampur dengan tanah dan rerumputan. Setelah itu kita menemukan pos I sibajing 1900 Mdpl, disini masih terasa sejuk kanan kiri rindang dengan pepohonan pinus kanan kirinya. Jalan setapak yang curam dan lumayan licin karna tadi sempat gerimis sebentar. Jadi harus ekstra hati-hati, salah langkah bisa-bisa terpeleset, padahal kanan kiri jurang. Kita jalan terus, dan entah ini sudah melewati pos II atau belum. Diantara kita ini memang belum ada yang pernah ke Sindoro, jadi petunjuk utama kita hanyalah rute hasil googling haha..

Entah ini sudah keberapa kali kita istirahat, lebih dari separuh kita adalah pendaki pemula, jadi ya maklum sering istirahat hehe.. Trek Sindoro memang benar-benar na’udzubillah, gak nyangka bakalan sesadis ini. pendakian yang benar-benar memacu adrenalin, trek yang sangat menantang dengan medan berbatu dan terus menanjak, dan bisa di bilang nyaris tanpa trek bonus, alhasil kualitas dan kuantitas break pun meningkat.

Akhirnya jam 23.30 kita sudah berada di tanah lapang, mungkin ini pos III. Agak ragu juga nyebut ini pos III karena memang gak ada tanda yag menunjukkan kalo ini pos III. Tapi disini sudah ada beberapa tenda yang sudah berdiri sebelum kita. Kita sepakati untuk ngecamp disini, dan langsung saja aku ikut bantu mendirikan tenda dome. Sebagian dari kita mulai masak mie sekedar untuk mengisi kekosongan perut dan buat kopi, lumayan menghangatkan tubuh ini ditengah dinginnya hutan rimba. Setelah perut sudah terisi, kita langsung masuk ke sleeping bag masing-masing, zzzZzz..

To be continue. . . .

Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar