Rabu, 06 Juni 2012

Kejutan Pendakian Sindoro 3153 Mdpl (Part 2)



Minggu, 3 Juni 2012

Rencana awal kita summit attack jam 02.30, biar nanti bisa menikmati sunrise di puncak Sindoro. Tapi apa boleh dikata, keinginan menikmati sunrise di puncak hanya jadi impian. Ternyata kita terlalu kelelahan, jadinya malah  kebangun jam 03.30. Tanpa pikir panjang kita langsung packing perlengkapan, dan membersihkan tempat camp. Setelah dirasa siap, minum kopi sudah, sholat shubuh pun juga sudah, akhirnya sehabis shubuh kita melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Dari awal pendakian sang ketua (Inugk) memberitahu tujuan utama kita yang pertama mengejar sunrise, tapi kalo sudah begini keadaannya sudah dipastikan impossible untuk mengejar sunrise. Baiklah, kita ganti opsi kedua, tujuan kita berubah sedikit yakni mengejar puncak. Yaa.. kita harus sampai puncak, agak rugi juga kalo jauh-jauh dari Klaten ke Temanggung gak sampai puncak. Walaupun kita tau, mendaki gunung itu gak melulu harus sampai puncak. Tapi kalo bisa sampai puncak, kenapa tidak??

Kita bertujuh mulai melangkahkan kaki dengan penuh kemantapan. Trek yang dilalui tetap berbatu dan terus menanjak. Aku sempat heran, katanya gunung Sindoro pas untuk pendaki pemula karena medan yang lumayan mudah untuk didaki para pemula, tapi nyatanya, beeeuuhh.. super duper dahsyat. Sepertinya trek Sindoro tak mau membiarkan pendaki untuk bernapas sebentar saja, buktinya jalannya terus menanjak dan makin curam. Dalam hati, ini sekali saja aku mendaki Sindoro, treknya bener-bener sadiss haha.. Tapi bagaimana pun juga, trek sesusah apa pun akan aku nikmati, dan gak ada sedikit pun rasa penyesalan mendaki ke Sindoro ini.

Tak lama matahari sudah mulai malu-malu menampakkan diri. Nah ini saat  yang paling ditunggu-tunggu semua pendaki. Aku yakin semua pendaki sangat senang melihat matahari terbit. Kalo diibaratkan bagaikan menemukan sebongkah berlian (haha.. agak lebay sih, tapi memang begitulah kenyataannya). Dan tak lupa kita melakukan ritual yang amat sangat wajib untuk dilakukan, apalagi kalo bukan photo-photo. Narsis di gunung itu wajib hukumnya teman, kalo gak narsis ya percuma, bakalan rugi kita haha.. Dari sini, kita dapat melihat puncak Gunung Sumbing dengan jelas, di sebelah Timur kita bisa melihat Merapi dan Merbabu, tapi kurang jelas sih dari sini.
 sunrise tapi belum sampai puncak :D


 Gunung Sumbing sebagai background


 Gunung Sumbing seperti berteriak untuk segera didaki



Setelah puas bernarsis-narsis ria, saatnya melanjutkan perjalanan. Menanjak lagi..lagi..dan lagi.. tapi, ini kenapa kita kehilangan dua personil. Hmm.. ternyata si Agus dan mas Heri memutuskan untuk berpisah dan mencapai puncak duluan. Ya sudah, perjalanan selanjutnya kita jadi berlima. Ternyata perut ini sudah mulai berdemo, baiklah kita istirahat sebentar buat sarapan. Lumayan bisa sarapan roti+susu. Kita gak begitu mengejar waktu, jadi setiap ketemu spot bagus buat photo-photo kita berhenti sebentar haha.. apa-apaan ini :D

Akhirnya setelah berjalan cukup lama kita bertemu juga puncak bayangannya. Karena sebelum mendaki ini udah mencari tau tentang medan Sindoro, jadi gak begitu tertipu dengan puncak bayangannya. Aku tau ada banyak puncak bayangan, jadi setiap ada puncak sudah aku kira itu pasti puncak banyangan. Tapi kenapa puncak bayangan sepertinya gak ada habisnya. Setiap bertemu dengan pendaki lain yang turun selalu sering aku tanyai, puncaknya masih jauh gak. Dan kebanyakan pada jawab “bentar lagi mbak, palingan setengah jam lagi..” Haduuhh.. kapan nyampe puncaknya ini, dari tadi ketemu puncak bayangan mulu.

Semakin kesini, jalan kita mulai gak berlima lagi. Inugk dan Fitri berjalan didepan, dan kita bertiga berjalan agak belakang. Karena mulai disini si Ucup sepertinya sudah mulai putus asa, katanya dia gak sampai puncak gakpapa. Yaah.. rugi donk, bentar lagi kan puncak. Akhirnya semangat itu muncul lagi, naik.. naik.. naik.. dan akhirnya kita istirahat lagi, berkumpul berlima. Makan apa aja yang masih tersisa di ransel. Perbekalan air pun semakin menipis. Memang benar, mendaki ke Sindoro harus bawa air sebanyak-banyaknya. Air yang tersisa 1 deligen air mentah, dan 1 liter air matang. Hmm.. bener-bener krisis air kita.

Lanjut perjalanan, dan tak lama akhirnya sampai juga kita di puncak Sindoro, yeee.. alhamdulillah.. itu kata pertama yang aku ucapkan di puncak Sindoro. Seperti gak nyangka gitu, apa benar ini udah nyampe puncak. Aku tanya ke mas-mas yang udah sampai duluan, dan ternyata memang benar, kita sudah sampai di puncak. Subhanallah.. 
 Puncak tertinggiku 3153 Mdpl :)

 ki-ka: Ucup, Moris, Fitri, aku, Inugk

Tapi agak disayangkan, pas nyampe puncak, waktu menunjukkan jam 11.00, dan itu agak berkabut, jadi puncak Sumbing terlihat kurang jelas dari puncak Sindoro. Gakpapa lah, aku menikmati apa yang ada di puncak Sindoro ini.  Dari sini kita bisa melihat kawah mati dari atas, kalo kita bisa turun, kita bisa membuat nama apa pun dengan menggunakan batu yang ada di bawah. Sebenarnya gak ada niatan buat turun ke kawah, tadinya cuma liat-liat aja dari atas. Tapi tiba-tiba si Moris diajak Inugk buat turun ke kawah. Sementara Fitri dan Ucup tetap berada di puncak. Hmm.. aku juga pengen turun ke kawah, tapi.. lumayan takut juga sih..
Tulisan berbatu dan Kawah terlihat dari atas

Maju-mundur untuk memutuskan ikut turun apa gak. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti mereka berdua turun. Ada beberapa pendaki lain yang mulai menata batu-batu menjadi suatu nama, tapi aku kurang begitu tertarik, ya cuma liat-liat pemandangan di sekitar saja. Aku kira kita Cuma sampai di bebatuan itu, tapi ternyata Inugk ngajak Moris ke kawah. What?? Turun lagi?? Inugk ngasih tau kalo jalan buat ke kawah sangat terjal, lumayan susah buat cewek, tapi kalo aku gak ikut, aku sendirian dong. Akhirnya aku putuskan ikut turun menuju kawah. Dan benar-benar sadiiss. Kita harus melewati tebing yang sangat terjal. Oh God, gimana ini. Mungkin kalo diukur kemiringannya hampir 90 derajat. Beeeuuh.. susah ini, pelan-pelan akhirnya sampai juga di bawah. Bau belerang sangat menusuk hidung. Ini benar-benar ide gila, nekat, benar-benar gilaa.. mereka berdua malah mendekati kawah. Dalam hati bener-bener takut. Apalagi yang ada di sekitar kawah cuma ada berlima termasuk kita.
 Kawah terlihat dari dekat







Tak lupa ritual photo-photo tak pernah terlewatkan, dimanapun tetep narsis hehe.. Oh God, lama-lama kabut makin tebal, asap belerang makin kuat. Jantungku waktu itu benar-benar berdetak kencang. Gimana nggak, dari atas sudah diteriaki yang ada di kawah untuk segera naik, padahal untuk naik pun gak mudah. Memanjat tebing ternyata gak semudah yang dibayangkan, huuhh.. akhirnya sampai juga kita di atas.

Karena memang cuaca yang kurang mendukung, kabut makin tebal, angin yang berhembus makin kencang, dan berarti makin dingin juga kalo lama-lama kita ada di puncak, akhirnya kita putuskan untuk turun. Waktu telah menunjukkan jam 12.05. Untuk turun pun ternyata gak mudah, pelan-pelan kita turun. Karena bahaya kalo turun dangan tergesa-gesa. Kita istirahat bentar buat makan, karena waktu makan siang juga sudah tiba, akhirnya kita masak mie. Jam 14.30 kita mulai turun lagi, ternyata mulai gerimis dan secara otomatis jalan mulai agak licin. Harus ekstra hati-hati ini.

Jam 17.00 kita sampai di tempat kita ngecamp semalam, kita istirahat lagi. Entah ini sudah istirahat keberapa, karena banyaknya sampai tak terhitung. Dan disini juga ada beberapa kelompok pendaki lain yang juga istirahat disini. Jam 17.30 kita bareng-bareng untuk turun. Langit pun mulai gelap, dan disini senter sangat dibutuhkan.

Sampai di pertengahan jalan kita memutuskan untuk istirahat, sementara pendaki lain tetap jalan terus. Air yang tersisa pun hanya tinggal air mentah, itu pun masih setengah botol. Kita harus benar-benar menghemat air, dan dari sini terlihat betapa berharganya air. Entah sampai di basecamp nanti jam berapa kita gak begitu mengejar waktu, karena memang badan sudah begitu lelah jika terus dipaksa berjalan. Ternyata kita rombongan terakhir, dan itu berarti kita ada di hutan sendiri. Ya, kita berlima ada di hutan sendiri. Karena kondisi badan juga sudah lelah, kita jadi sering terpeleset, sepertinya konsentrasi sudah mulai berkurang.

Akhirnya jam 21.00 kita sudah hampir sampai di ladang penduduk. Nah, ketika sudah berada di bawah, kita ditawari bapak-bapak ojek. Baik sih niatnya, nganter kita yang cukup kelelahan sampai ke basecamp. Tapi tiap orang harus mengeluarkan 10 ribu, hmm.. mahal ahh segitu haha.. Akhirnya kita memutuskan untuk tetap jalan sampai basecamp. Padahal waktu itu gerimis, tragis bin sadiiiss..
 Basecamp Sindoro via Kledung

Sampai juga kita di basecamp jam 22.30. Rencana kita memang gak langsung pulang ke Klaten, karena mengingat kondisi kita yang cukup kelelahan. Ini benar-benar pengalaman yang gak pernah bisa terlupakan.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari pendakian ini. Bukan hanya mendaki, trus photo-photo, turun, capek, lebih dari itu. Kita akan tahu siapa diri kita  yang sebenarnya hakikat sebagai manusia, tanggung jawab, kesetiakawanan, kebersamaan, karna setiap detik kebersamaan adalah moment terbaik perjalanan. Dan tentunya semakin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan ke kita, betapa Agungnya Allah, telah mencipatakan alam beserta isinya.


Sindoro, 2-3 juni 2012
Salam Lestari,
Rizky Fauzy


1 komentar:

  1. aduh keren banget ya sindoro, belum pernah nih. jadi pengen. oiya kira kira dinginnya seberapa derajat ya sindoro?

    BalasHapus