Minggu, 23 Desember 2012

Pemandangan Memikat di Pantai Sundak



Ini berawal dari obrolan singkat hari Jum’at kemarin. “Jadi touring kemana?” kata salah seorang teman. Tiba-tiba langsung banyak usulan, camping ceria, backpacking ke Malang, ke Purwokerto, ke Karimunjawa, ke jogja via kereta Pramex. Kebiasaan deh, ketika ngobrolin yang beginian, trus banyak usulan tapi akhirnya juga gak jadi. Ntah gak ada waktu, kejauhan, gak ada duit, bla.. bla..blaaa.. Akhirnya obrolan siang itu tak menghasilkan apa-apa, kita gak jadi kemana-mana.

Malamnya, tiba-tiba ada sms masuk dari seorang teman, langsung aku baca, “besok jadi touring”.
Trus aku bales “tujuannya kemana? Pantai, goa, sungai, gunung, atau kemana?”. Ehh.. aku malah diminta nentuin pilihan. Yaudah tanpa pikir panjang aku ngasih usulan Pantai-pantai yang ada di Gunung Kidul, usulanku Pok Tunggal atau Pantai Sundak, yang katanya hasil dari googling nih emang pantai tersebut keren banget. Dan kita sepakat untuk milih ke Sundak, oke mumpung aku juga belum pernah kesana hehe.., kita sepakat untuk berangkat besok.

Niatnya dari Klaten berangkat jam 08.00,tapi karna ada temen yang paginya ada barengan acara, akhirnya jadi berangkat jam 10.30. Kita berjumlah 7 orang, aku, Nia, Irma, Yeni, Indah, Budi, dan Ichsan. Dan dari kita ternyata gak ada yang tau tempatnya, gak tau jalannya pula. Beeeuuhh.. lagi-lagi bonek  -bolang nekat- hahaa..

Dengan bermodalkan peta hasil googling dan beberapa info, yang aku tau Pantai Sundak ada di Desa Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta. Oke dengan muka pede aku mengendarai motor ada di barisan paling depan, intinya berpegangan pada plang yang ada di jalan pasti juga nyampe, pikirku seperti itu. Dari awal udah aku sampaikan pada mereka, yang namanya berpetualang kalo nyasar gak apa-apa. Karna nyasar adalah bagian dari petualangan haha..

Dari Klaten kalo mau ke Gunung Kidul ada beberapa jalur, bisa dari Prambanan – Patuk - Wonosari – Tepus – Sundak. Bisa juga lewat Cawas – Semin – Karangmojo – Wonosari – Tepus – Sundak.  Kita lebih memilih lewat Cawas, karena menurutku lebih deket lewat sini. Sama sekali gak ada bayangan jalannya lewat mana, tiap ada plang di jalan aku ikuti arahnya. Jalur lewat Cawas gak jauh beda dengan lewat Prambanan, sama-sama berkelok, jalan sempit, melewati tengah hutan. Tapi jalannya bagus kok, asal hati-hati aja, banyak tanjakan dan turunan. Bedanya, kalo lewat Cawas jalannya agak sepi, kalo lewat Prambanan lumayan ramai. Dan ternyata untuk mencapai Pantai Sundak jalannya gak sesulit yang dibayangkan. Kita tinggal ikuti arahnya aja, dan beruntung petunjuknya cukup jelas, meski sempat mau nyasar hehe..





Sampai juga kita di Pantai Sundak hampir jam 1 siang, perjalanan memakan waktu sekitar 2,5 jam. Waktu normal sih 2 jam, tapi karna sering tunggu menunggu dengan teman yang ada dibelakang jadinya ya memakan waktu 2,5 jam. Dan ternyata pengunjungnya gak begitu ramai, mungkin karna berdekatan dengan Pantai Indrayanti. Sebelum sampai di Pantai Sundak, melewati Pantai Indrayanti juga, memang benar pengunjungnya cukup banyak. Untuk masuk ke Pantai sundak tiap orang dikenai biaya Rp 4.000,00, dan parkir tiap motor Rp 2.000,00.

 Tiket Pantai Sundak

Sampai disana kita langsung sholat Dzuhur. Setelah itu kita langsung ke pantainya, dan woooow.. keren banget.. Sebenarnya sama aja sih dengan pantai-pantai yang ada di Gunung Kidul, sama-sama berpasir putih. Tapi entah kenapa Pantai Sundak lebih keren daripada pantai yang aku datangi sebelumnya.

Ini dia beberapa penampakan Pantai Sundak






Irma, aku, Yeni, Nia, Budi, ichsan





aku, Nia, Yeni, Indah

 
Betapa Agungnya Kuasa Mu Tuhan, Allah SWT, Dzat pencipta alam semesta ini.. Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan kesempatan untukku menapakkan kaki dibelahan bumi Mu yang lain, menikmati setiap keindahan yang telah Engkau ciptakan..

Kamis, 20 Desember 2012

Pendakian Pertamaku (Gunung Ungaran 2.050 Mdpl)

Flashback ke tahun 2011. Ya, waktu itu pertama kalinya aku menerjunkan diri di dunia pendakian, yang mana ini awal dari perjalananku menapaki puncak gunung. Memang untuk mengambil sebuah keputusan itu tak mudah, butuh sikap yang sedikit nekat asal tetap ada dasarnya.

Aku memang tak mempunyai background pecinta alam, karena di kampus pun aku tak bergelut dengan organisasi pecinta alam. Sebenarnya diawal perkuliahan dulu pengen banget ikut organisasi mapala, tapi terhalang oleh susahnya perijinan dari orang tua jadinya ya aku urungkan keinginan itu. Suatu ketika salah seorang teman mengajak untuk ikut pendakian ke Merbabu, ajakan itu benar-benar memikat hasratku untuk sekedar mencium aroma kesejukan pegunungan. Tapi ya kembali lagi ACC dari orang tua tetap belum bisa aku dapatkan. Sempat putus asa waktu itu, mungkin semua ini hanya mimpi, susah untuk aku wujudkan. Untuk bermimpi memang tak ada batasan, tapi ijin dan restu orang tua yang menjadikan mimpi itu terbatas. Apa boleh buat, ajakan itu aku tolak secara halus, karena kalo ke gunung tanpa mengantongi restu dari orang tua ditakutkan terjadi hal yang tak diinginkan.

Entah ada bisikan darimana, tiba-tiba aku mempunyai trik biar bisa ke gunung. Dengan sedikit berbohong dengan orang tua (ijin samar-samar tepatnya :D) aku pergi ke Semarang. Ijinnya sih mau ke tempat sodara, tapi disisi lain tujuan utamanya untuk mendaki ke Gunung Ungaran, Semarang hehe.. Tingginya sih gak seberapa 2.050 Mdpl, tapi medannya sangat tepat untuk pendaki pemula. Oke, akhirnya, tanggal 14 Oktober aku pergi ke Semarang, dengan ditemani motor yang setia mengantarku kemanapun aku mau. Hampir 3 jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah sodara, dan besok sorenya pendakian dimulai bersama 3 orang sodara (cowok semua) yang asli Ungaran.

Sore itu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2011 kita berempat memulai pendakian. Sebenarnya dari kita gak ada yang jago mendaki, tapi dua diantaranya pernah mendaki ke Gunung Ungaran. Ya.. ini memang agak sedikit nekat, dengan membawa peralatan seadanya tapi tetap mengutamakan keamanan dan kenyamanan tentunya.

Dari rumah sodara jaraknya gak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu tak kurang dari 1 jam. Gunung ini dapat didaki dari Jimbaran - Ungaran, atau dari Taman Wisata Candi Gedung Songo - Ambarawa. Untuk menuju puncak Gunung Ungaran ini dibutuhkan waktu sekitar 5 jam dari candi Gedung Songo, atau sekitar 8 jam dari Jimbaran. Dan kita lebih memilih untuk melewati dari Jimbaran.

Perjalanan dimulai dari Desa Sidomukti, Gunung Ungaran. Dari Desa Sidomukti nanti naik terus aja, sampai pada akhirnya ketemu pos pendakian pertama Gunung Ungaran. Sebelum sampai di pos pendakian, motor kita titipkan dirumah penduduk dan katanya itu juga masih sodara, entah sodara dari mana aku juga kurang tau hehe.. akhirnya dari rumah penduduk itu kita jalan. Awal pendakian kita jalani dengan tanjakan berbatu, lumayan anggap aja ini untuk pemanasan. Kita istirahat sebentar di basecamp untuk sholat maghrib, dan setelah itu kita melanjutkan pendakian.

Awal pendakian dengan jalan berbatu

Dari basecamp ambil jalan kanan, ntah kenapa waktu itu tiba-tiba nyasar, tapi gak begitu jauh. Langsung di kasih tau pendaki lain kalo ternyata kita salah jalur, tanpa perlu pikir panjang kita langsung balik kanan. Di awal-awal pendakian ini jalannya enak sih, gak begitu menguras tenaga. Oia di gunung ungaran ada sumber air, jadi gak perlu khawatir kalo kehabisan air. Sekitar jam 20.00 kita berhenti untuk sholat isya’ di dekat sebuah bangunan pondok dan bak penampungan air yang menyerupai kolam renang.

Selesai sholat kita melanjutkan perjalanan. Terdapat percabangan jalan, kekiri adalah menuju puncak sedang lurus adalah jalur menuju Babadan, Ungaran. Jalan agak menanjak hingga kemudian mendatar untuk menuju pertigaan yang merupakan jalur ke puncak. Di ujung jalan datar, kita sampai dipertigaan si kendil, sebuah percabangan di perbatasan antara kebun kopi si kendil milik PTP dengan perkebunan teh milik PT Astra.

Di perkebunan teh ini juga ada beberapa pendaki yang mendirikan tenda disini, tapi kita memutuskan untuk langsung menuju puncak malam ini. Semakin lama jalan semakin menanjak dan trek pendakian semakin terjal. Jarak pandang pun semakin pendek dikarenakan waktu itu kabut cukup tebal. Lumayan ngos-ngosan juga ini, aku minta istirahat sebentar. Keenakan istirahat malah bikin ngantuk, daripada kelamaan ntar malah jadi ketiduran, akhirnya perjalanan kita lanjutkan. Ayoook.. bertahan, bentar lagi puncak, batinku berkata untuk menyemangati diri sendiri. Akhirnya tak lama sampai juga kita di puncak, yeeeeaayy... puncaaakk..

Waktu menunjukkan jam 00.10 kalo gak salah. Ternyata uda ada banyak pendaki yang mendahului kita sampai puncak. Seperti gak nyangka ternyata aku ada di puncak tertinggi Gunung Ungaran, alhamdulillah.. kita langsung nyari tempat buat ngecamp, buat minuman hangat dan masak mie. Baru kali ini aku merasakan dinginnya bukan main, pakai jaket dobel tapi tetep aja masih kedinginan. Setelah semua beres kita pun istirahat.
Jam 04.00 kita langsung sholat shubuh, setelah itu buat minuman hangat dan menunggu sunrise. Oh Tuhan, dari puncak ini kita bisa melihat deretan gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah. Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung kembar Sindoro dan Sumbing. Dan dari sini kita juga bisa melihat Rawa Pening. Tuhan.. indah sekali lukisan-Mu ini..

 Tugu di puncak ungaran 2.050 Mdpl





vandalisme terang-terangan :(
Pemandangan Kota Semarang



Jam 07.00 kita memutuskan utuk turun, dan ternyata jalan yang aku lalui semalam cukup mengerikan seukuranku sebagai pendaki pemula. Di jalan kita ketemu rombongan bule, dan sempat aku bertanya ternyata mereka berasal dari Kroasia. Sampai juga kita di perkebunan teh, disini juga terdapat Gua Jepang di tengah-tengah perkebunan teh. Gua ini dibangun pada masa pendudukan Jepang dan merupakan tempat persembunyian tentara Jepang ketika Perang Dunia ke II. Gua Jepang berupa lorong panjang sekitar 150 meter. Terdapat ruangan-ruangan di sisi kiri dan kanan lorong, untuk memasuki gua harus menggunakan lampu senter. Selain Gua Jepang disini juga ada Candi Promasan yang berupa kamar mandi umum terbuka yang berhiaskan patung-patung sederhana, konon dengan mandi di tempat ini akan membuat kita awet muda.



di tengah-tengah perkebunan teh


Setelah selesai bersih-bersih kita langsung turun, sekitar pukul 11 kita sudah sampai di kaki gunung. Akhirnya sampai juga di rumah sodara. Aku tiduran sebentar, dan habis Ashar aku putuskan untuk pulang ke Klaten *sendirian* cukup nekat memang, tapi alhamdulillah sampai di rumah dalam keadaan selamat.. :)


Alhamdulillah, Aku wisuda.. yeeeayy..

17 Desember 2012
Seperti pada umumnya, H-1 diadakan acara pelepasan dan gladi bersih terlebih dahulu. Waktu serasa cepet banget berjalannya, gak berjalan ini, lebih tepatnya kencang berlari. Seperti gak percaya besok adalah moment penting dalam hidupku. Hari dimana pintu gerbang kehidupan yang sesungguhnya dibuka. Bukan lagi sebagai mahasiswa, tapi seorang sarjana.
Yah, di satu hari sebelum wisuda itu sempat mengabadikan gambar bersama teman-teman seperjuangan dan juga ibu dosen, sekaligus beliau menjadi dosen pembimbing skripsiku.

[gladi besih] bersama ibu dosen dan teman-teman seperjuangan

18 Desember 2012
Akhirnya tiba juga waktu wisuda. Sedikit ribet memang sebagai wanita, kalo seperti ini baru nyadar betapa tak mudah menjadi wanita hehe..  oke, yang penting hari ini aku bahagia. 

Bahagia itu sederhana, ketika kita bisa melihat kedua orang tua kita tersenyum bangga melihat anaknya lulus dari perguruan tinggi. Meskipun dari keluarga yang bisa datang gak semuanya, kakak yang kedua gak bisa datang karena harus bertugas di RSUP dan kakak yang keempat gak bisa datang karena ada tugas di kantornya, jadi hanya kedua orang tua, kakak pertama dan ketiga yang bisa datang. Bersyukur mereka bisa menyempatkan waktunya untuk datang di hari spesialku ini :)

 bersama orang tua tercinta

kakak pertama & suami

kakak ketiga & suami

 narsis lagi (di rumah) :D

Selesai acara wisuda, gak langsung menemui keluarga, karena menyempatkan foto-foto dulu sama teman-teman. Sempat khawatir juga, mereka harus lama menungguku. Maaf ya bapak, ibu, kakak :)

 Kiri-kanan: Aku, Nia, mb Ayu, Ita




 with my best friend

 diapit para cumlaude :o



 bersama adek tingkat



Kalau kemarin-kemarin memakai jargon “TUHAN BERSAMA MAHASISWA TINGKAT AKHIR”, mulai besok, jargon itu diubah menjadi “TUHAN BERSAMA FRESH GRADUATE” :)

 Alhamdulillah..
Wisuda adalah salah satu cara Allah untuk menjawab doa-doa hamba-Nya.. dan wisuda bukanlah akhir, ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya..
:) 


Thank’s to: 
Allah SWT | Kedua orang tua | Kakak-kakakku | Bapak ibu Dosen | Teman-teman seperjuangan | dan juga teman-teman yang uda mampir disini :)