Rabu, 13 Juni 2012

Mesut Özil, Really Awesome..


Postingan kali ini memang berbeda dari postingan sebelumnya. Tapi sangat berhubungan dengan maraknya pembicaraan para pecinta bola belakangan ini, apalagi kalo bukan Euro. Ya, dini hari nanti jadwalnya Jerman vs Belanda, dan dimana yang akan aku bahas disini pemain Jerman yang tak lain dan tak bukan Mesut Özil. Kenapa Özil yang di bahas? Kenapa bukan Messy, Ronaldo, David Beckham, atau yang lainnya? Nah ini dia yang menarik perhatianku dan membuatku makin kagum dengan pemain Real Madrid ini.

Oke, kita bahas pelan-pelan. Di Eropa ternyata ada juga pemain sepak bola berbakat luar biasa yang beragama Islam. Sangat jarang bukan? Nah dia adalah Mesut Özil, warga negara Jerman yang beragama Islam yang asli keturunan Turki. Dia berkewarganegaraan ganda, pada umur 18 dia memilih menjadi warga negara Jerman.

Sejak pergelaran Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, nama Mesut Özil makin tenar. Dia menjadi tenaga kreatif lini tengah klub raksasa Spanyol Real Madrid. Pada Piala Eropa sekarang, jutaan penggemar tim nasional Jerman pastinya berharap banyak pada pemuda muslim ini.

Aku semakin kagum pada Özil karena dia seorang muslim yang taat. Dia membaca Al-Qur'an di kamar ganti, dan selalu menengadahkan tangannya untuk berdoa sebelum mulai berjibaku di atas rumput hijau. Benar-benar mengagumkan. Jika sedang membaca Al-Qur’an, teman-temannya juga sudah maklum untuk memberikan kesempatan buatnya menyelesaikan bacaan dan tidak buru-buru mengajaknya berbincang-bincang.

Hasil dari googling nih ya.. Saat diwawancara majalah Der Tagesspiegel, Juli dua tahun lalu, Özil mengatakan berdoa dan membaca kitab suci Al-Qur'an amat bermanfaat bagi dia. Beribadah membuat dia lebih fokus saat bertanding. "Saya selalu sholat, berdoa, dan membaca Al-Qur'an sebelum turun ke lapangan. Rekan satu tim saya sudah hafal kebiasaan ini," ujar Özil.

Nah, ini dia profile lengkapnya..

Biodata

Nama: Mesut Özil

Tempat/Tanggal Lahir: Gelsenkirchen (Jerman), 15 Oktober 1988

Posisi: Gelandang serang

Karir

Klub

Schalke 04 (2006-2008, 0 gol)

Werder Bremen (2008-2010, 13 gol)

Real Madrid (2010-sekarang, 10 gol)

Tim Nasional
      
Tim nasional junior Jerman  (27 kali, 9 gol)
Tim nasional senior Jerman  (33 kali, 8 gol)

Prestasi: Juara Liga Spanyol 2011-2012.

Senin, 11 Juni 2012

Tancapkanlah Cita-Citamu di Puncak Gunung



“Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi. Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi..” Sedikit penggalan lirik hidup berawal dari mimpi milik Bondan Prakoso n Fade 2 Black, cukup jelas menggambarkan kemana tulisan ini akan berlari.

Terkadang banyak orang yang berpendapat “jangan bermimpi terlalu tinggi, ntar kalo gak kesampaian jadinya malah sakit hati..” Atau malah ada yang berpendapat “Bermimpilah setingi-tingginya, selagi mimpi itu gratis gak masalah bukan..” Bagiku keduanya gak ada yang salah, dan menurutku selama kita masih bisa bermimpi dan bisa mewujudkan mimpi itu, yaa.. bermimpilah. Jadi, jangan takut untuk bermimpi, karena hidup ini berawal dari mimpi teman. Bermimpilah setinggi-tingginya, selama mimpi itu realistis dan kamu yakin bisa merealisasikan mimpi itu, so.. bermimpilah sesukamu.

Maka dari itu, tancapkanlah cita-citamu di puncak gunung. Semua orang tau, gunung itu tak mudah untuk didaki, tapi tak sedikit pula orang bisa mencapai puncak gunung. Bisa dilihat tanpa harus menatap terlalu tinggi. Cukup tinggi namun tetap sulit untuk diraih, perlu perjuangan fisik dan mental yang kuat, meniti jurang-jurang yang dalam, dan terkadang sampai mempertaruhkan nyawa. Memang sulit, tapi bukanlah hal yang mustahil, hanya butuh tekad yang lebih kuat dari biasanya dan usaha yang lebih banyak dari biasanya.

Nah, begitu juga dengan mimpi. Mimpi itu tak mudah untuk di wujudkan, tapi gak menutup kemungkinan juga semua mimpi-mimpi itu bisa kita raih, asalkan mimpi itu realistis, yakin kita bisa meraihnya, dan  yang terpenting ada niat, kemauan, doa, serta usaha.

Mimpi itu berbeda dengan angan-angan lho.. Angan-angan hanyalah sebuah hal yang kita inginkan dan hanya sebatas pikiran. Sedangkan mimpi membawa kita kepada tindakan nyata, memulai berbagai langkah untuk mewujudkannya. Memang tidak mudah dan tidak instan, semua membutuhkan proses. Namun yang terpenting kita terus menjalankan langkah demi langkah untuk mencapai mimpi itu. Meskipun pasti banyak yang menentang, ataupun terjadi banyak masalah saat kita melakukan sesuatu untuk mencapai mimpi tersebut, kita tidak akan mudah menyerah..

Masih takut untuk bermimpi?? Takut mewujudkan cita-citamu??
Coba deh, ambil kertas dan bolpoin. Tulis semua mimpi-mimpi yang harus kamu wujudkan. Buat list mimpi itu, dan pastinya kamu harus yakin mimpi itu bisa kamu wujudkan. Nah, liat beberapa waktu ke depan, ada berapa mimpi yang sudah kamu coret. Kalo mimpi itu hanya ada di pikiran, akan sulit untuk diwujudkan, karena dikhawatirkan hanya ada dipikiran saja, dan mungkin malah bisa terlupakan.

So.. Never, ever, ever, ever, ever, ever, ever, give up. Never give up. Never give up. Never give up. . .

“Mimpi adalah kunci. Untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa lelah. Sampai engkau meraihnya..” (Nidji - Laskar Pelangi)

Rabu, 06 Juni 2012

Kejutan Pendakian Sindoro 3153 Mdpl (Part 2)



Minggu, 3 Juni 2012

Rencana awal kita summit attack jam 02.30, biar nanti bisa menikmati sunrise di puncak Sindoro. Tapi apa boleh dikata, keinginan menikmati sunrise di puncak hanya jadi impian. Ternyata kita terlalu kelelahan, jadinya malah  kebangun jam 03.30. Tanpa pikir panjang kita langsung packing perlengkapan, dan membersihkan tempat camp. Setelah dirasa siap, minum kopi sudah, sholat shubuh pun juga sudah, akhirnya sehabis shubuh kita melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Dari awal pendakian sang ketua (Inugk) memberitahu tujuan utama kita yang pertama mengejar sunrise, tapi kalo sudah begini keadaannya sudah dipastikan impossible untuk mengejar sunrise. Baiklah, kita ganti opsi kedua, tujuan kita berubah sedikit yakni mengejar puncak. Yaa.. kita harus sampai puncak, agak rugi juga kalo jauh-jauh dari Klaten ke Temanggung gak sampai puncak. Walaupun kita tau, mendaki gunung itu gak melulu harus sampai puncak. Tapi kalo bisa sampai puncak, kenapa tidak??

Kita bertujuh mulai melangkahkan kaki dengan penuh kemantapan. Trek yang dilalui tetap berbatu dan terus menanjak. Aku sempat heran, katanya gunung Sindoro pas untuk pendaki pemula karena medan yang lumayan mudah untuk didaki para pemula, tapi nyatanya, beeeuuhh.. super duper dahsyat. Sepertinya trek Sindoro tak mau membiarkan pendaki untuk bernapas sebentar saja, buktinya jalannya terus menanjak dan makin curam. Dalam hati, ini sekali saja aku mendaki Sindoro, treknya bener-bener sadiss haha.. Tapi bagaimana pun juga, trek sesusah apa pun akan aku nikmati, dan gak ada sedikit pun rasa penyesalan mendaki ke Sindoro ini.

Tak lama matahari sudah mulai malu-malu menampakkan diri. Nah ini saat  yang paling ditunggu-tunggu semua pendaki. Aku yakin semua pendaki sangat senang melihat matahari terbit. Kalo diibaratkan bagaikan menemukan sebongkah berlian (haha.. agak lebay sih, tapi memang begitulah kenyataannya). Dan tak lupa kita melakukan ritual yang amat sangat wajib untuk dilakukan, apalagi kalo bukan photo-photo. Narsis di gunung itu wajib hukumnya teman, kalo gak narsis ya percuma, bakalan rugi kita haha.. Dari sini, kita dapat melihat puncak Gunung Sumbing dengan jelas, di sebelah Timur kita bisa melihat Merapi dan Merbabu, tapi kurang jelas sih dari sini.
 sunrise tapi belum sampai puncak :D


 Gunung Sumbing sebagai background


 Gunung Sumbing seperti berteriak untuk segera didaki



Setelah puas bernarsis-narsis ria, saatnya melanjutkan perjalanan. Menanjak lagi..lagi..dan lagi.. tapi, ini kenapa kita kehilangan dua personil. Hmm.. ternyata si Agus dan mas Heri memutuskan untuk berpisah dan mencapai puncak duluan. Ya sudah, perjalanan selanjutnya kita jadi berlima. Ternyata perut ini sudah mulai berdemo, baiklah kita istirahat sebentar buat sarapan. Lumayan bisa sarapan roti+susu. Kita gak begitu mengejar waktu, jadi setiap ketemu spot bagus buat photo-photo kita berhenti sebentar haha.. apa-apaan ini :D

Akhirnya setelah berjalan cukup lama kita bertemu juga puncak bayangannya. Karena sebelum mendaki ini udah mencari tau tentang medan Sindoro, jadi gak begitu tertipu dengan puncak bayangannya. Aku tau ada banyak puncak bayangan, jadi setiap ada puncak sudah aku kira itu pasti puncak banyangan. Tapi kenapa puncak bayangan sepertinya gak ada habisnya. Setiap bertemu dengan pendaki lain yang turun selalu sering aku tanyai, puncaknya masih jauh gak. Dan kebanyakan pada jawab “bentar lagi mbak, palingan setengah jam lagi..” Haduuhh.. kapan nyampe puncaknya ini, dari tadi ketemu puncak bayangan mulu.

Semakin kesini, jalan kita mulai gak berlima lagi. Inugk dan Fitri berjalan didepan, dan kita bertiga berjalan agak belakang. Karena mulai disini si Ucup sepertinya sudah mulai putus asa, katanya dia gak sampai puncak gakpapa. Yaah.. rugi donk, bentar lagi kan puncak. Akhirnya semangat itu muncul lagi, naik.. naik.. naik.. dan akhirnya kita istirahat lagi, berkumpul berlima. Makan apa aja yang masih tersisa di ransel. Perbekalan air pun semakin menipis. Memang benar, mendaki ke Sindoro harus bawa air sebanyak-banyaknya. Air yang tersisa 1 deligen air mentah, dan 1 liter air matang. Hmm.. bener-bener krisis air kita.

Lanjut perjalanan, dan tak lama akhirnya sampai juga kita di puncak Sindoro, yeee.. alhamdulillah.. itu kata pertama yang aku ucapkan di puncak Sindoro. Seperti gak nyangka gitu, apa benar ini udah nyampe puncak. Aku tanya ke mas-mas yang udah sampai duluan, dan ternyata memang benar, kita sudah sampai di puncak. Subhanallah.. 
 Puncak tertinggiku 3153 Mdpl :)

 ki-ka: Ucup, Moris, Fitri, aku, Inugk

Tapi agak disayangkan, pas nyampe puncak, waktu menunjukkan jam 11.00, dan itu agak berkabut, jadi puncak Sumbing terlihat kurang jelas dari puncak Sindoro. Gakpapa lah, aku menikmati apa yang ada di puncak Sindoro ini.  Dari sini kita bisa melihat kawah mati dari atas, kalo kita bisa turun, kita bisa membuat nama apa pun dengan menggunakan batu yang ada di bawah. Sebenarnya gak ada niatan buat turun ke kawah, tadinya cuma liat-liat aja dari atas. Tapi tiba-tiba si Moris diajak Inugk buat turun ke kawah. Sementara Fitri dan Ucup tetap berada di puncak. Hmm.. aku juga pengen turun ke kawah, tapi.. lumayan takut juga sih..
Tulisan berbatu dan Kawah terlihat dari atas

Maju-mundur untuk memutuskan ikut turun apa gak. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti mereka berdua turun. Ada beberapa pendaki lain yang mulai menata batu-batu menjadi suatu nama, tapi aku kurang begitu tertarik, ya cuma liat-liat pemandangan di sekitar saja. Aku kira kita Cuma sampai di bebatuan itu, tapi ternyata Inugk ngajak Moris ke kawah. What?? Turun lagi?? Inugk ngasih tau kalo jalan buat ke kawah sangat terjal, lumayan susah buat cewek, tapi kalo aku gak ikut, aku sendirian dong. Akhirnya aku putuskan ikut turun menuju kawah. Dan benar-benar sadiiss. Kita harus melewati tebing yang sangat terjal. Oh God, gimana ini. Mungkin kalo diukur kemiringannya hampir 90 derajat. Beeeuuh.. susah ini, pelan-pelan akhirnya sampai juga di bawah. Bau belerang sangat menusuk hidung. Ini benar-benar ide gila, nekat, benar-benar gilaa.. mereka berdua malah mendekati kawah. Dalam hati bener-bener takut. Apalagi yang ada di sekitar kawah cuma ada berlima termasuk kita.
 Kawah terlihat dari dekat







Tak lupa ritual photo-photo tak pernah terlewatkan, dimanapun tetep narsis hehe.. Oh God, lama-lama kabut makin tebal, asap belerang makin kuat. Jantungku waktu itu benar-benar berdetak kencang. Gimana nggak, dari atas sudah diteriaki yang ada di kawah untuk segera naik, padahal untuk naik pun gak mudah. Memanjat tebing ternyata gak semudah yang dibayangkan, huuhh.. akhirnya sampai juga kita di atas.

Karena memang cuaca yang kurang mendukung, kabut makin tebal, angin yang berhembus makin kencang, dan berarti makin dingin juga kalo lama-lama kita ada di puncak, akhirnya kita putuskan untuk turun. Waktu telah menunjukkan jam 12.05. Untuk turun pun ternyata gak mudah, pelan-pelan kita turun. Karena bahaya kalo turun dangan tergesa-gesa. Kita istirahat bentar buat makan, karena waktu makan siang juga sudah tiba, akhirnya kita masak mie. Jam 14.30 kita mulai turun lagi, ternyata mulai gerimis dan secara otomatis jalan mulai agak licin. Harus ekstra hati-hati ini.

Jam 17.00 kita sampai di tempat kita ngecamp semalam, kita istirahat lagi. Entah ini sudah istirahat keberapa, karena banyaknya sampai tak terhitung. Dan disini juga ada beberapa kelompok pendaki lain yang juga istirahat disini. Jam 17.30 kita bareng-bareng untuk turun. Langit pun mulai gelap, dan disini senter sangat dibutuhkan.

Sampai di pertengahan jalan kita memutuskan untuk istirahat, sementara pendaki lain tetap jalan terus. Air yang tersisa pun hanya tinggal air mentah, itu pun masih setengah botol. Kita harus benar-benar menghemat air, dan dari sini terlihat betapa berharganya air. Entah sampai di basecamp nanti jam berapa kita gak begitu mengejar waktu, karena memang badan sudah begitu lelah jika terus dipaksa berjalan. Ternyata kita rombongan terakhir, dan itu berarti kita ada di hutan sendiri. Ya, kita berlima ada di hutan sendiri. Karena kondisi badan juga sudah lelah, kita jadi sering terpeleset, sepertinya konsentrasi sudah mulai berkurang.

Akhirnya jam 21.00 kita sudah hampir sampai di ladang penduduk. Nah, ketika sudah berada di bawah, kita ditawari bapak-bapak ojek. Baik sih niatnya, nganter kita yang cukup kelelahan sampai ke basecamp. Tapi tiap orang harus mengeluarkan 10 ribu, hmm.. mahal ahh segitu haha.. Akhirnya kita memutuskan untuk tetap jalan sampai basecamp. Padahal waktu itu gerimis, tragis bin sadiiiss..
 Basecamp Sindoro via Kledung

Sampai juga kita di basecamp jam 22.30. Rencana kita memang gak langsung pulang ke Klaten, karena mengingat kondisi kita yang cukup kelelahan. Ini benar-benar pengalaman yang gak pernah bisa terlupakan.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari pendakian ini. Bukan hanya mendaki, trus photo-photo, turun, capek, lebih dari itu. Kita akan tahu siapa diri kita  yang sebenarnya hakikat sebagai manusia, tanggung jawab, kesetiakawanan, kebersamaan, karna setiap detik kebersamaan adalah moment terbaik perjalanan. Dan tentunya semakin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan ke kita, betapa Agungnya Allah, telah mencipatakan alam beserta isinya.


Sindoro, 2-3 juni 2012
Salam Lestari,
Rizky Fauzy


Kejutan Pendakian Sindoro (Part 1)





“Mendaki melintas bukit, berjalan letih menahan berat beban..” sepenggal lirik Mahameru karya Dewa 19 ini pantas untuk mengawali tulisanku kali ini. Tapi ini bukan tulisan tentang pendakian kepuncak abadi para dewa, ini tentang pendakianku ke Gunung Sindoro, Temanggung Jawa Tengah.

Sebenarnya setelah dari Merbabu kemarin perjalananku untuk menapaki puncak gunung akan aku pending untuk sementara waktu. Rencananya mau melanjutkan kewajiban utamaku sebagai mahasiswa tingkat akhir, apalagi kalo bukan skripsi. Iya, skripsiku yang lama tak tersentuh akan aku dekati lagi, tapi tiba-tiba entah ada angin apa ada tawaran dari salah seorang teman untuk mendaki ke Sindoro. Gimana ini, antara bermesraan dengan skripsi atau menyalurkan keinginan dari dalam jiwa yang begitu kuat ke Sindoro. Masih ada waktu 2 minggu untuk memutuskan, lagi pula personil yang ikut para pria tangguh semua, agak ragu juga untuk ikut bergabung. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti ajakan yang menggiurkan itu, asalkan ada ceweknya. Pada H-3 telah disepakati yang ikut ada 6 orang, 4 cowok, 2 cewek. Tapi kenapa H-1 badan malah kurang fit gini, sepertinya mau terserang flu, harus segera dipulihkan ini kalo gak mau gagal ikut pendakian. Dan alhamdulillah pada hari H kondisi badan sudah membaik, oke siap berangkat, tentunya sudah mengantongi ijin dari orang tua pastinya.

Benar-benar pendakian dadakan ini, ahh.. tak apalah yang penting jadi ke Sindoro. Tanpa berpikir panjang aku langsung mencari tau informasi tentang medan Sindoro, apalagi kalo bukan tanya Mr. Google dan sempat tanya-tanya teman juga yang sudah pernah mendaki ke Sindoro. Dan ternyata, oh My God, treknya benar-benar menantang ini. Sempet ragu juga kira-kira sanggup gak ya, kemarin aja yang Merbabu udah ngos-ngosan gak jelas. Ya.. gimana mau dapat pengalaman baru, kalo tantangan baru aja gak mau dicoba. Oke, aku meyakinkan pada diriku sendiri, aku pasti bisa, pasti bisa. Segera aku persiapkan alat-alat yang aku butuhkan, menghubungi sodara yang biasa mendaki untuk aku sewa dulu alat-alatnya (halaaahh.. dasar pendaki amatiran aku ini, alat-alat saja pinjeman semua haha..)

Sabtu, 2 Juni 2012
Jam 09.00 sudah berada ditempat seorang teman, cek alat-alat sekalian menunggu satu personil lagi yang belum datang katanya malah kena ban bocor, yaelahh.. ada aja halangannya. Padahal rencana awal berangkat jam 10.00 ini malah sudah hampir jam 11.00 belum komplit juga personilnya. Akhirnya tak lama datang juga dan ternyata dia mengajak temannya. Jadi total personil ada 7 orang (Aku, Inugk, Ucup, Moris, Fitri, Agus, dan mas Heri). Setelah semua personil sudah komplit dan alat-alat sudah beres, perjalanan pun dimulai. Yang semula rencana berangkat jam 10.00 malah jadi jam 11.30. Sepertinya gak on time itu sudah membudaya di negeri ini, waktu Indonesia banget ya hehe..

Kita ke Sindoro via jalur Kledung, Sebenernya Klaten-Temanggung bisa dijangkau 3-4 jam, tapi karena terjadi suatu hal,  di jalan si Moris malah tiba-tiba hilang gak tau nyasar kemana tu anak. Segera dihubungi, Katanya dia malah sudah nyampe daerah Temanggung, akhirnya setelah lama saling cari-mencari, ketemu juga kita di Temanggung. Kita istirahat bentar, makan, sholat, dan jam 16.30 kita sampai juga di Pos Kledung. Oia sedikit cerita, kita makan di daerah Temanggung, sepertinya pas kita makan tadi kita dimahalkan harganya (jawa: di penthung). Masa iya makan hanya telur, kering tempe (dikit), krupuk 1 (agak mlempem), es teh, harganya 12 ribu (mahaaaaaall!!). Secara kita mahasiswa sensitif banget masalah duit haha... Menuju Pos Kledung ini sebenernya gak begitu susah karena memang gak jauh dari jalan Raya Wonosobo-Magelang. Tapi tetap saja kita tanya berkali-kali ke warga dimana tepatnya Pos Kledung.

Di basecamp kita istirahat sebentar, untuk memulihkan fisik kita agar tetap fit setelah beberapa jam bergelut di aspal yang menyengat. Tak berapa lama di luar malah gerimis, haduuuhh.. gimana ini. Kita putuskan habis Maghrib kita mulai naik, alhamdulillah gerimis udah reda. Setelah sholat Maghrib + jama’ Isya’ tentunya kita siap meluncur ke jalur pendakian, tak lupa diawali dengan berdoa semoga selamat dan  gak terjadi sesuatu hal yang gak diinginkan.

Dengan modal semangat yang terus membara, ransel yang lumayan berat dipunggung, senter ditangan masing-masing, dan mengantongi rute pendakian, pendakian pun dimulai. Kaki kita mulai melangkah melewati perkampungan, dan tak lama mulai melewati ladang penduduk yang ditanami kubis dan tembakau dengan jalan berbatu yang rapi yang jaraknya sekitar 2 km. Dan memang benar, melewati pertengahan ladang penduduk ini memang lumayan membosankan. Tapi tetap kita nikmati karena didepan mata kita bisa melihat gunung Sindoro dan di belakang kita bisa melihat gunung Sumbing, apalagi malam itu ditemani cahaya bulan yang benar-benar mempesona.

Baru berjalan beberapa langkah saja kaki ini uda mulai kerasa berat, ya memang jalan ditengah ladang ini jalan berbatu dan terus menanjak, gak salah juga kalo kaki ini mulai kerasa, anggap aja buat pemanasan. Kita sempat istirahat sebentar disini, untuk mengatur napas kita yang mulai tak teratur, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Tak lama jalan berbatu rapi sudah hilang, kemudian kita mulai masuk hutan, melangkah di jalan yang mulai sempit berbatu dicampur dengan tanah dan rerumputan. Setelah itu kita menemukan pos I sibajing 1900 Mdpl, disini masih terasa sejuk kanan kiri rindang dengan pepohonan pinus kanan kirinya. Jalan setapak yang curam dan lumayan licin karna tadi sempat gerimis sebentar. Jadi harus ekstra hati-hati, salah langkah bisa-bisa terpeleset, padahal kanan kiri jurang. Kita jalan terus, dan entah ini sudah melewati pos II atau belum. Diantara kita ini memang belum ada yang pernah ke Sindoro, jadi petunjuk utama kita hanyalah rute hasil googling haha..

Entah ini sudah keberapa kali kita istirahat, lebih dari separuh kita adalah pendaki pemula, jadi ya maklum sering istirahat hehe.. Trek Sindoro memang benar-benar na’udzubillah, gak nyangka bakalan sesadis ini. pendakian yang benar-benar memacu adrenalin, trek yang sangat menantang dengan medan berbatu dan terus menanjak, dan bisa di bilang nyaris tanpa trek bonus, alhasil kualitas dan kuantitas break pun meningkat.

Akhirnya jam 23.30 kita sudah berada di tanah lapang, mungkin ini pos III. Agak ragu juga nyebut ini pos III karena memang gak ada tanda yag menunjukkan kalo ini pos III. Tapi disini sudah ada beberapa tenda yang sudah berdiri sebelum kita. Kita sepakati untuk ngecamp disini, dan langsung saja aku ikut bantu mendirikan tenda dome. Sebagian dari kita mulai masak mie sekedar untuk mengisi kekosongan perut dan buat kopi, lumayan menghangatkan tubuh ini ditengah dinginnya hutan rimba. Setelah perut sudah terisi, kita langsung masuk ke sleeping bag masing-masing, zzzZzz..

To be continue. . . .

Part 2