Senin, 28 Januari 2013

Anak Nakal Bukan Berarti Bodoh

Sebut saja Gani, anak laki-laki kelas 4 SD. Dia memang terkenal sebagai anak yang paling nakal di sekolah ini. Aku mengetahuinya setelah ada kejadian yang menggegerkan satu sekolah saat hari pertama aku mengajar di kelasnya. Ini bulan pertama aku berada di sekolah ini. Suasananya sangat berbeda dengan sekolah yang aku tempati sebelumnya, yah.. sangat berbeda.

Hari Senin saat pertama kali aku masuk di kelas 4, Gani yang terkenal menjadi anak paling bandel di sekolah ini berulah. Baru masuk saja tiba-tiba aku dihadapkan situasi yang mengharuskanku bersabar, menjadi penengah ditengah-tengah anak yang berkelahi. Ya.. salah satu anak itu bernama Gani. Entah gimana ceritanya perkelahian itu terjadi, tau-tau salah seorang anak di kelas ini nangis dijahili sama Gani. Aku berusaha merelai kedua anak ini, dan tiba-tiba Gani marah, menendang meja yang ada didepannya hingga terjatuh. Brrraaaaaakkkk... suara meja itu cukup membuat para siswa dan guru-guru berduyun-duyun datang ke kelas 4. Guru yang lain juga turun tangan dan mencoba meredakan emosi Gani.. Haaahh.. baru pertama kali masuk ke kelas ini udah ada masalah baru.. yeeeaah..

Setelah kejadian itu, aku baru tau kalau ternyata anak ini memang biangnya berkelahi, anak yang paling nakal, terkenal bikin ulah, gak nurut sama guru-guru, gak pernah ngerjain PR, gak pernah nulis di kelas. Ahh.. di jaman sekarang ini masih ada saja anak seperti ini. Para guru disini pun udah meng-underestimate anak ini.

Di hari berikutnya saat aku mengajar di kelasnya, aku mencoba mendekati anak ini, aku tanyai gimana dia di rumah, orang tuanya, dan sebagainya. Sampai suatu ketika, saat aku mulai menerangkan pelajaran tentang hitungan bilangan bulat, aku mencoba mendekatinya, mengajarinya dengan sabar sampai dia paham dengan pelajaran yang aku terangkan. Sebenarnya tak perlu banyak waktu untuk mengajarinya, hanya butuh pendekatan dan perhatian menurutku.

Saat aku mulai menilai hasil tugas masing-masing siswa, tak ku duga hasil pekerjaan Gani benar-benar mengejutkanku, dia mendapatkan nilai 80. Meski bukan nilai tertinggi di kelas tapi menurutku ini sebuah peningkatan. Sempat aku bertanya dengan guru lain, katanya Gani jarang memperhatikan pelajaran, dan mendapatkan nilai yang menurutku gak buruk adalah sebuah peningkatan. Yah.. anak ini butuh dorongan, butuh perhatian.

Puncaknya, ini yang membuatku lebih terkejut lagi. Saat ulangan harian pertama di semester ini, Gani mendapatkan nilai 100 satu-satunya di kelas ini. Setelah tau dia mendapatkan nilai tertinggi di kelas ini, dia langsung berkata, "Alhamdulillah.. terimakasih ya Allah.." Dia menunjukkan senyum bahagianya, dia sendiri aja kaget apalagi aku hehe...

Siang tadi jam 13.00 wib, saat ada pelajaran yang kosong setelah jamku mengajar, aku beritahu kalau pelajarannya dilanjutkan matematika aja. Sontak, Gani berkata dengan semangatnya, "Pulang jam 1.50 ya bu.." Dan anak-anak lain pun berbarengan, "yah.. pulang jam 1 aja ya bu, kan kosong.." Gani pun menimpali, "heh.. gak papa lanjut matematika lagi, aku suka matematika :D" haha.. anak ini udah mulai menyukai pelajaran matematika, yang mana pelajaran ini paling tak disukai kebanyakan anak.

Anak ini memang unik, berbeda dengan anak-anak yang lain. Di luar dia memang terlihat nakal, tapi setelah didekati anak ini cukup cerdas sebenarnya. Tiap selesai pelajaran selalu minta PR, padahal anak yang lain kalau ada PR mengeluh..

Disini ternyata juga berlaku "Don't judge a book by its cover". Anak yang terlihat nakal memang bukan berarti ia anak yang bodoh.. Dari dia aku menemukan pelajaran baru dalam hidup ini.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar