Senin, 28 Januari 2013

Anak Nakal Bukan Berarti Bodoh

Sebut saja Gani, anak laki-laki kelas 4 SD. Dia memang terkenal sebagai anak yang paling nakal di sekolah ini. Aku mengetahuinya setelah ada kejadian yang menggegerkan satu sekolah saat hari pertama aku mengajar di kelasnya. Ini bulan pertama aku berada di sekolah ini. Suasananya sangat berbeda dengan sekolah yang aku tempati sebelumnya, yah.. sangat berbeda.

Hari Senin saat pertama kali aku masuk di kelas 4, Gani yang terkenal menjadi anak paling bandel di sekolah ini berulah. Baru masuk saja tiba-tiba aku dihadapkan situasi yang mengharuskanku bersabar, menjadi penengah ditengah-tengah anak yang berkelahi. Ya.. salah satu anak itu bernama Gani. Entah gimana ceritanya perkelahian itu terjadi, tau-tau salah seorang anak di kelas ini nangis dijahili sama Gani. Aku berusaha merelai kedua anak ini, dan tiba-tiba Gani marah, menendang meja yang ada didepannya hingga terjatuh. Brrraaaaaakkkk... suara meja itu cukup membuat para siswa dan guru-guru berduyun-duyun datang ke kelas 4. Guru yang lain juga turun tangan dan mencoba meredakan emosi Gani.. Haaahh.. baru pertama kali masuk ke kelas ini udah ada masalah baru.. yeeeaah..

Setelah kejadian itu, aku baru tau kalau ternyata anak ini memang biangnya berkelahi, anak yang paling nakal, terkenal bikin ulah, gak nurut sama guru-guru, gak pernah ngerjain PR, gak pernah nulis di kelas. Ahh.. di jaman sekarang ini masih ada saja anak seperti ini. Para guru disini pun udah meng-underestimate anak ini.

Di hari berikutnya saat aku mengajar di kelasnya, aku mencoba mendekati anak ini, aku tanyai gimana dia di rumah, orang tuanya, dan sebagainya. Sampai suatu ketika, saat aku mulai menerangkan pelajaran tentang hitungan bilangan bulat, aku mencoba mendekatinya, mengajarinya dengan sabar sampai dia paham dengan pelajaran yang aku terangkan. Sebenarnya tak perlu banyak waktu untuk mengajarinya, hanya butuh pendekatan dan perhatian menurutku.

Saat aku mulai menilai hasil tugas masing-masing siswa, tak ku duga hasil pekerjaan Gani benar-benar mengejutkanku, dia mendapatkan nilai 80. Meski bukan nilai tertinggi di kelas tapi menurutku ini sebuah peningkatan. Sempat aku bertanya dengan guru lain, katanya Gani jarang memperhatikan pelajaran, dan mendapatkan nilai yang menurutku gak buruk adalah sebuah peningkatan. Yah.. anak ini butuh dorongan, butuh perhatian.

Puncaknya, ini yang membuatku lebih terkejut lagi. Saat ulangan harian pertama di semester ini, Gani mendapatkan nilai 100 satu-satunya di kelas ini. Setelah tau dia mendapatkan nilai tertinggi di kelas ini, dia langsung berkata, "Alhamdulillah.. terimakasih ya Allah.." Dia menunjukkan senyum bahagianya, dia sendiri aja kaget apalagi aku hehe...

Siang tadi jam 13.00 wib, saat ada pelajaran yang kosong setelah jamku mengajar, aku beritahu kalau pelajarannya dilanjutkan matematika aja. Sontak, Gani berkata dengan semangatnya, "Pulang jam 1.50 ya bu.." Dan anak-anak lain pun berbarengan, "yah.. pulang jam 1 aja ya bu, kan kosong.." Gani pun menimpali, "heh.. gak papa lanjut matematika lagi, aku suka matematika :D" haha.. anak ini udah mulai menyukai pelajaran matematika, yang mana pelajaran ini paling tak disukai kebanyakan anak.

Anak ini memang unik, berbeda dengan anak-anak yang lain. Di luar dia memang terlihat nakal, tapi setelah didekati anak ini cukup cerdas sebenarnya. Tiap selesai pelajaran selalu minta PR, padahal anak yang lain kalau ada PR mengeluh..

Disini ternyata juga berlaku "Don't judge a book by its cover". Anak yang terlihat nakal memang bukan berarti ia anak yang bodoh.. Dari dia aku menemukan pelajaran baru dalam hidup ini.. :)

Sabtu, 12 Januari 2013

Menembus Kabut Gunung Sumbing 3.371 Mdpl (Part 2)

Selasa, 1 Januari 2013

Happy New Year 2013.....!!! :)
Pagi itu di Pestan sinar matahari terbit tak terlihat karena tertutup oleh bukit, yah.. memang tak bisa melihat sunrise, meskipun begitu tapi tak mengurangiku bersyukur pagi itu. Alhamdulillah masih bisa diberi kesempatan menghirup udara di pagi hari, di hari yang baru, bulan yang baru dan tahun yang baru, 1 Januari 2013. Terima kasih Tuhan...
Gagahnya Gunung Sindoro

Membuka tenda seperti dikejutkan oleh alam yang begitu keren.. Puncak Sindoro terlihat dengan jelas dari sini. Hmm.. di puncak itu, tak kusangka aku pernah menapakkan kaki di puncak itu.. Benar-benar indah pagi itu, Subhanallah.. indah sekali lukisan-Mu Tuhan..
 Megahnya Gunung Slamet dan Gunung Ciremei
 Gunung merapi masih malu-malu menampakkan diri :D
Disana, puncak Sindoro menyapaku :)

Di tempat ku berdiri saat itu, bisa melihat deretan gunung, yang paling jelas didepanku berdiri  dapat melihat gagahnya Gunung Sindoro, di sebelah Barat terlihat megahnya Gunung Slamet, Gunung Ciremei, dan disebelah Timur dapat melihat Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi yang senantiasa mengepulkan asapnya.
Tak seperti rencana sebelumnya, seharusnya pagi itu menu sarapannya adalah roti, tapi gegara udah dimakan semalam jadi pagi itu menunya beralih menjadi nasi+telur+ikan sarden, tak apalah, gak begitu bermasalah. 





Setelah selesai sarapan + photo-photo tentunya *hal wajib di gunung :D* kita langsung beres-beres. Jam 09.45 kita melanjutkan pendakian, hanya membawa barang seperlunya, carrier kita tinggal di tenda. Dengan mempertimbangkan cuaca yang cukup cerah pagi itu, kita tak membawa jas hujan, hanya membawa jaket, sebotol air+susu di termos kecil+beberapa snack, hanya itu.




Dari Pestan kita santai banget jalannya, karena dari sini jalan lumayan menanjak. Sampai di Pasar watu kita istirahat sebentar, dan disini juga ada beberapa pendaki lain yang juga istirahat. Sehabis Pasar watu ada dua jalur, lurus naik, dan belok kiri. Dan saat itu kita memilih lurus naik. Disini, Moris dan Alinco malah pengen jalan belakangan, katanya mau melakukan panggilan alam hehehe... oke, kita berlima naik, dan mereka berdua kita tinggal, dan katanya mereka nunggu di Pasar watu.







trek setelah pasar waktu lurus nanjak

Hmmm... treknya bener-bener dah, parah gilaaa... menanjak, berbatu, lumayan memacu adrenalin. Lengah sedikit aja mungkin akan jatuh ke jurang, dan memang disini jalan setapak di kanan dinding berbatu, di sebelah kiri jurang. Dan setelah sampai diatas, ternyata ini jalan buntu. Yaa.. disini hanya bukit buntu, kalo kita mau ke ke puncak ternyata harus belok ke kiri tadi. Bisa sih ke puncak dari sini, tapi jalannya cukup mengerikan bagiku.

Cuaca memang kurang mendukung untuk saat itu, tiba-tiba gelap, dan akhirnya gerimis. Sempat berulang-ulang kita berpikir, melanjutkan pendakian dengan kondisi hujan atau turun, kembali ke tenda, dan entah kembali menuju puncak apa enggak. Dan mengingat kita meninggalkan dua makhluk tadi *haha.. si Moris dan Alinco maksudnya :D* 

Ya udah, akhirnya setelah melakukan perdebatan yang sangat sengit *hehe.. enggak ding,, kompromi secara halus maksudnya* kita bertiga (Aku, Ucup, dan Vendra) memutuskan untuk turun menemui Moris dan Alinco, niatnya kembali ke tenda, dan hanya inugk dan Edi yang melanjutkan pendakian ke puncak.

Kita turun dalam kondisi hujan, lama-lama hujannya cukup deras, mana kita gak ada yang bawa jas hujan, apalagi si Ucup, dia malah gak bawa jaket, cukup nekat memang. Sesampainya di Pasar Watu ternyata Moris dan Alinco gak ada, pikir kita mungkin mereka udah turun ke tenda. Ya udah, kita bertiga langsung turun menuju tenda di Pestan. Hujan, tanpa jas hujan, jalan licin, hmmm.. benar-benar berat bagiku untuk turun dalam kondisi kaya gini. Dan tiba-tiba tanpa diduga sandal yang aku pake lepas/copot, apa ya istilahnya jebat *jawa* gegara aku turunnya agak lari dikit, kebetulan waktu itu jalannya menurun dan pikirku kayaknya mudah kalo agak lari kecil2 gitu, dan ternyata unlucky huuhh.. dan dari situ aku mulai jatuh berkali-kali, ohh Tuhan kapan sampai di Pestan ini..

Sampai di Pestan, basah kuyup, baju belepotan kena lumpur, haduuuhh..paraaahh.. paraaahh..... Dan ternyata sesampainya di Pestan, tenda dalam keadaan kosong, gak ada orang, lah trus kemana mereka berdua, kita tanya ke pendaki lain yang mungkin sempat ketemu dengan Moris dan Alinco, dan katanya mereka menuju puncak. Tak lama, tiba-tiba Edi sampai di tenda, katanya treknya makin ganas, dia mutusin buat turun dan gak lanjut puncak, jadi tinggal inugk yang melanjutkan ke puncak. Edi ngasih kabar kalo tadi udah ketemu sama Moris dan Alinco, sukur deh kalo udah ketemu.

Sementara itu kita berempat masak mie instan dan minuman hangat, lumayan buat mengganjal perut hehe.. udah satu jam lebih hujan belum reda-reda juga. Ini membuat kita yang ada di tenda cemas, gimana dengan mereka bertiga diatas sana, gak bawa jas hujan, perbekalan minim. Rencana setelah hujan reda, Ucup dan Edi menyusul ke atas. Diluar sana hujan makin deras, kabut makin tebal, ya Tuhan lindungilah teman-teman kami, selamatkanlah mereka Tuhan..

Akhirnya sekitar jam 14.00-an Ucup dan Edi menyusul mereka ke atas, dan tak lupa membawa jas hujan+minuman hangat buat mereka. Sempat kita berpikir,  kalo nanti lebih dari dua jam gak turun-turun juga, kita lapor ke tim SAR, dan semoga saja gak sampe dua jam mereka udah turun.

Alhamdulillah, tak ada dua jam tiba-tiba inugk sampai di tenda, dan disusul yang lainnya. Terima kasih ya Allah.... Sesampainya di tenda mereka pun cerita, ternyata Moris dan Alinco bisa sampai di Puncak Buntu, dan inugk berhasil menapakkan kaki di Puncak kawah (Puncak Sumbing).

Ada cerita menggelikan, ternyata tadi mereka berdua (Moris dan Alinco) berteduh di bawah pohon *sebelum ketemu inugk*, karena gak membawa jas hujan, ada beberapa pendaki lain yang melihatnya kasihan *mungkin*, berdua kaya orang hilang, kedinginan, akhirnya dikasih tuh berdua jas hujan sama pendaki lain itu. Ehh.. itu dua orang, dikasih hati minta ampela, sehabis dikasih jas hujan, malah minta makanan+minuman. Dan emang tuh mas-mas (pendaki lain) baik banget ya, udah ngasih jas hujan, di kasih mie instan juga akhirnya. *terima kasih masnya, udah menolong teman kami yang hampir hilang :)*
 gembel gunung berhasil ditemukan :D

 kawah Sumbing

Berhasil sampai Puncak Buntu

Setelah sampai di Puncak Buntu, katanya mereka terpisah lagi dengan inugk. Akhirnya inugk melanjutkan pendakiannya ke Puncak kawah sendirian. Dan katanya lagi, udah gak ada lagi pendaki lain yang naik ke puncak kawah. Jelas aja, siapa juga yang mau mendaki dengan trek yang super duper gila ngerinya dalam kondisi hujan berkabut. Memang nekat temanku yang satu ini, meski hujan keinginannya meraih puncak Sumbing tetap kuat, tekatnya begitu bulat. Padahal menurut ceritanya, untuk menuju puncak kawah ini harus merayap dengan dinding berbatu. Katanya trek menuju puncak kawah kaya menuju ke kawah mati gunung sindoro, kita harus meraba-raba mencari pegangan yang kuat di dinding berbatu itu, dan ini lebih ngeri dari trek menuju kawah mati gunung sindoro. Aku salut dengan perjuanganmu teman :)


Puncak Sumbing 3.371 Mdpl

Akhirnya hampir jam 17.00 hujan reda juga, kita packing peralatan dan siap-siap untuk turun. Kita memutuskan turun habis Maghrib. Ini akan menjadi hal yang sangat berat untukku, dimana sandalku lepas/copot/jebat tadi. Aku turun memakai sandal jepitnya Alinco, benar-benar pasti berat nantinya. Apalagi habis hujan, pasti jalanan licin. Ya Allah mudahkanlah jalan kami, lindungilah kami...

Dan benar, apa yang aku khawatirkan tadi benar-benar terjadi, turun dalam kondisi gelap, habis hujan, jalan licin, pakai sandal *sandal jepit pula* benar-benar beraaaaatttt... susaaaaahhh... Aku putuskan untuk turun tanpa alas kaki, bodoh memang, tapi gimana menurutku memakai sandal malah lebih susah, sesekali sandal aku pakai lagi, mungkin kalo diprosentase, turunku tanpa alas kaki 65% wuuuaaaaa..... gila memang. Berkali kali aku terpeleset, jatuh, entah udah berapa kali aku jatuh. Saat itu, semuanya aku pasrahkan pada Allah, pikiranku udah berpikir kemana-mana. Sepertinya benar-benar susah  aku bisa sampai di basecamp. Hampir mau nangis saat itu, aku inget rumah, inget ibu, inget bapak, inget kakak-kakak di rumah. Aku jadi berpikir, mungkin ini hasil dari memaksakan kehendak. Yaah.. memaksakan kehendak. 

Kita turunnya memang pelan-pelan, sesekali kita istirahat, melihat-lihat jam. Kita memprediksi mungkin nanti sampai basecamp paling lama jam 24.00. Semoga aja sebelum jam 24.00 udah sampai. Tak berapa lama sampai juga kita di pos II, Pos I, sungai kecil, ladang penduduk. Mulai di ladang penduduk ini yang jalannya mulai berbatu, aku memakai sandal lagi. Dan mulai disini, kita jaraknya agak berjauhan, di barisan paling depan Vendra, Inugk, Edi, di barisan belakang ada Alinco, Moris, ucup. Dan aku ada di tengah-tengah, lama-lama jarak mulai menjauh. Dan baru aku sadar, ternyata jarak di depan dan belakang lumayan jauh. Ya Tuhan ternyata aku sendirian. Padahal ini mau melewati jembatan, pohon bambu itu. Gimana ini, mau mengejar depan aku udah gak kuat, menunggu belakang lumayan lama. Ya udah, aku memberanikan diri, ya.. aku berjalan sendiri, melewati jembatan itu, rimbunan pohon bambu itu. Aku melihat jam di tangan, sekitar jam 22.00-an. Lumayan ngeri juga melewati jalan asing sendirian, dan akhirnya sampai juga di rumah-rumah penduduk dengan banyak tikungan, sedikit bingung belokan yang benar yang mana. Tapi alhamdulillah, Allah selalu bersamaku. Tinggal satu tikungan lagi udah sampai basecamp. Tak berapa lama, ada motor berhenti. Dan ternyata itu Alinco dibonceng mas-mas, kakinya sedikit bermasalah, entah berdarah atau apa aku juga kurang tau. Dia memutuskan untuk berjalan menemaniku. Akhirnya.. ada teman juga. Dan tak lama hampir jam 23.00 sampai juga kita di basecamp Sumbing. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah..

Karena sampai basecamp kemalaman, kita putuskan untuk tidur di basecamp, pulang ke Klaten besok pagi. Rencana pendakian 3 hari 2 malam, jadi 4 hari 3 malam.

Pendakian ini benar-benar luar biasa, luar biasa tantangannya, luar biasa cobaannya. Cuaca kurang mendukung, hujan, badai, terpisah dengan teman-teman, sandal yang bermasalah, turun tanpa alas kaki. Setelah aku berpikir kembali, ini mungkin salah satu akibat dari memaksakan diri, memaksakan kehendak, ya seperti yang kubilang sebelumnya..

Dan baru kali ini selama pendakian, tak ku gapai puncaknya. Memang mendaki tak melulu tentang puncak, yang terpenting adalah, bagaimana kita mengalahkan ego kita, bagaimana kita mensyukuri apa yang Tuhan ciptakan, kebersamaan, dan yang paling penting selamat sampai rumah. Terima kasih Tuhan....


Sumbing via Garung jalur baru
30 Desember 2012 - 2 Januari 2013
Salam Lestari,

Rizky Fauzy

Selasa, 08 Januari 2013

Menembus kabut Gunung Sumbing 3.371 Mdpl (Part 1)

30 Desember 2012 – 2 Januari 2013

Rencana awal pendakian ini sebenarnya sehabis wisuda kemarin, yaa.. sekitar tanggal 20-an Desember. Tapi dikarenakan ada beberapa personel masih ada jam kuliah dan beberapa tugas di kampus, akhirnya pendakian ditunda dan sepakat tanggal 30-1 kita mendaki, malah sekalian tahun baruan hehe...

Pendakian kali ini ada 7 orang personel, 4 orang personil pendakian Sindoro bulan Juni yang lalu ( aku, Inugk, Ucup, Moris), dan ada 3 personel baru (Vendra, Alinco, Edi).
kiri -kanan: Vendra, Edi, Inugk, Aku, Ucup
bawah: Alinco, Moris

Untuk mengantongi ijin dari ortu gak seperti biasanya, entah kenapa kali ini agak sulit, mungkin karena cuaca lagi musim hujan jadi ortu kurang setuju untuk pendakian kali ini. Berkali – kali aku coba merayu, alhamdulillah ibu ngebolehin, tapi bapak belum juga ngasi ijin. Sampai pada hari H, aku udah packing, udah siap-siap berangkat, lagi deh aku coba minta ijinnya, yaa.. akhirnya dikasih ijin juga, alhamdulillah.. tahap pertama lancar. 

Minggu, 30 Desember 2012
Entah ini pertanda apa, siang itu tiba-tiba mendung dan tak lama hujan turun, dan ternyata siang itu aku juga kedatangan tamu yang wajib tiap bulannya bagi kaum hawa, ya Tuhan gimana ini... Sempat maju mundur untuk pendakian kali ini, tapi mengingat semua persiapan udah beres, niat udah sejak dari kemarin-kemarin untuk mengobati rasa rindu ini dengan gunung, yah.. niat itu tetap bulat, pendakian tetap berlanjut. 

Kita janjian jam 13.00 ngumpul di tempatnya Inugk, dan jam 14.00 kita berangkat. Tapi siang itu cuaca kurang mendukung, hujan gak reda-reda. Akhirnya jam 14.00-an aku sama Moris baru sampai di tempatnya Inugk, saat itu baru ada Edi. Jam 15.00 baru Vendra dan Alinco datang dan disusul si Ucup. Kita langsung repacking, sholat ashar, dan jam 16.30 kita berangkat dengan sepeda motor. Yah, kita tetep berangkat dalam kondisi gerimis, hujan dari tadi siang gak reda-reda. Tapi walaupun begitu gak menyurutkan niat kita untuk menapakkan kaki di tanah Gunung Sumbing. Rute yang kita lewati dari Klaten – Jogja – Magelang – Temanggung – Wonosobo.

Perjalanan lumayan lama, karena hujan gak kunjung reda. Tak terasa waktu udah menjelang maghrib, kita berhenti sebentar buat makan dan sholat maghrib. Jam 19.30-an kita langsung melanjutkan perjalanan. Akhirnya hampir jam 23.00 sampai juga kita di basecamp Sumbing, Butuh, Garung, Kalikajar, Wonosobo. Sampai di basecamp kita lapor ke petugas untuk pendaftaran pendakian besok, tiap orang dikenai biaya Rp 5.000,00. Di basecamp kita udah dikasih rute pendakian, jadi kita gak perlu bingung-bingung. Setelah itu kita istirahat, niatnya pendakian besok pagi, jadi malam itu kita tidur di basecamp.
makan malam dulu.. :D

Senin, 31 Desember 2012
Pagi itu, sekitar jam 07.00 kita bersih-bersih, sarapan, repacking, dan jam 09.00 kita memulai pendakian. Tentunya tak lupa kita berdoa terlebih dahulu, semoga pendakian ini diberi kelancaran, selamat sampai rumah, dan tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
 sebelum pendakian

Rencana kita naik lewat jalur baru, perjalanan dimulai dari basecamp jalan beraspal melewati perkampungan penduduk, dan tak lama jalan berubah menjadi jalan berbatu yang tertata rapi. Setelah jembatan kita akan melewati rimbunan bambu dan mulai memasuki ladang penduduk yang jalannya masih tetap berbatu. Haha.. ternyata baru sampai sini kita udah istirahat entah udah berapa kali. Jadi ingat pendakian ke Sindoro, jalannya juga gak jauh beda dari pendakian Sumbing. Sama-sama melewati jalan berbatu yang tertata rapi, melewati ladang penduduk yang cukup panjang. Cukup membosankan memang, tapi selama perjalanan kita disajikan oleh pemandangan yang cukup bagus, jadi gak begitu terasa capek. Sesekali kita bertemu dengan penduduk yang lagi berladang, jangan lupa kita menyapanya. Karena mereka pun akan membalas sapaan kita, mungkin mereka udah terbiasa dengan para pendaki, jadi tiap ada pendaki yang lewat pasti akan tersenyum.
 awal pendakian jalan beraspal
 diantara ladang penduduk
 (masih) diantara ladang penduduk

istirahat sejenak :D


Udah satu jam kita melewati ladang penduduk, tak lama kita menjumpai sungai kecil, jaraknya takjauh dari Pos I. Kita sampai di Pos I sekitar jam 12.00 siang, hehe.. cukup lama memang, karena kita sering istirahat jadi lumayan memakan waktu. Di Pos I kita gak berhenti, kita langsung kanjut perjalanan. Sekitar jam 13.00 kita berhenti di area yang cukup luas, mungkin bisa untuk dua tenda. Kita makan siang sebentar, lumayan meski cuma makan mie instan, tapi cukup untuk mengganjal perut hahaa...
bukan mie instannya, tapi kebersamaannya :D

Sekitar jam 14.00-an kita melanjutkan perjalanan, dan tak lama kita sampai di Pos II Gatakan. Pos II tempatnya agak tersembunyi, dan disini udah ada beberapa pendaki yang ngecamp disini. Kita tak berhenti lama di Pos II dan kita langsung melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama kita sampai di memoriam, kita istirahat lagi, *haha... dari tadi istirahat mulu, kapan jalannya ini yaaa... :D*

Makin sore cuaca makin kurang mendukung, perlahan hujan turun. Tanpa pikir panjang kita langsung memakai jas hujan. Dan tak lama, tiba-tiba hujan makin deras, padahal kita belum sampai Pestan, perjalanan masih panjang. Entah ini tanda apa, hujan deras pas kita sampai ditanjakan. Batinku waktu itu, ini pendakian benar-benar berat, hujan, menanjak, berbatu, tak ada tempat untuk berteduh. Yang ada dipikiran kita hanyalah kapan kita sampai di tanah lapang, untuk segera mendirikan tenda dome. Bibirku tak henti-hentinya berdoa, Ya Allah.. bantu kami, selamatkan kami...

Akhirnya kita sampai juga di Pestan, sekitar jam 17.00 dalam keadaan kehujanan, dan waktu itu hujan masih tetap deras. Di Pestan udah ada bebebrapa tenda berdiri, hanya kita yang masih sibuk mendirikan tenda. Aku udah gak  bisa berbuat apa-apa, aku serahkan kepada mereka para lelaki yang mendirikan tenda. Lelah, kedinginan, suasana saat itu benar-benar mencekam. Aku hanya duduk didekat pohon, menunduk, dan terus berdoa. Dan benar, seperti hari sebelumnya, di Pestan memang sering terjadi badai, dan saat itu juga terjadi badai. Baru kali ini aku mengalami badai di gunung, dingin yang benar-benar luaaaarr biasaaaa....
Setelah maghrib hujan pun reda, alhamdulillah.. Allah masih menyelamatkan kami.. Malam itu kita hanya makan roti, karena badan juga udah cukup lelah. Dan ketika kita melihat keadaan di luar, Subhanallah indah sekali.. cuaca tiba-tiba cerah, kabut tebal tiba-tiba hilang, kerlap kerlip lampu kota dibawah membuat pemandangan makin cantik. 

Bersambung dulu yaa.. Masih banyak cerita disini yang bikin aku hampir mau nangis, jalan tanpa alas kaki, terpeleset :’( ntar lanjut di part 2...