Selasa, 1 Januari 2013
Happy New Year 2013.....!!! :)
Pagi itu di Pestan sinar matahari terbit
tak terlihat karena tertutup oleh bukit, yah.. memang tak bisa melihat sunrise,
meskipun begitu tapi tak mengurangiku bersyukur pagi itu. Alhamdulillah masih
bisa diberi kesempatan menghirup udara di pagi hari, di hari yang baru, bulan
yang baru dan tahun yang baru, 1 Januari 2013. Terima kasih Tuhan...
Membuka tenda seperti dikejutkan oleh
alam yang begitu keren.. Puncak Sindoro terlihat dengan jelas dari sini. Hmm..
di puncak itu, tak kusangka aku pernah menapakkan kaki di puncak itu..
Benar-benar indah pagi itu, Subhanallah.. indah sekali lukisan-Mu Tuhan..
Megahnya Gunung Slamet dan Gunung Ciremei
Gunung merapi masih malu-malu menampakkan diri :D
Disana, puncak Sindoro menyapaku :)
Di tempat ku berdiri saat itu, bisa
melihat deretan gunung, yang paling jelas didepanku berdiri dapat melihat gagahnya Gunung Sindoro, di sebelah
Barat terlihat megahnya Gunung Slamet, Gunung Ciremei, dan disebelah Timur
dapat melihat Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi yang senantiasa mengepulkan
asapnya.
Tak seperti rencana sebelumnya,
seharusnya pagi itu menu sarapannya adalah roti, tapi gegara udah dimakan
semalam jadi pagi itu menunya beralih menjadi nasi+telur+ikan sarden, tak
apalah, gak begitu bermasalah.
Setelah selesai sarapan + photo-photo
tentunya *hal wajib di gunung :D* kita langsung beres-beres. Jam 09.45 kita
melanjutkan pendakian, hanya membawa barang seperlunya, carrier kita tinggal di
tenda. Dengan mempertimbangkan cuaca yang cukup cerah pagi itu, kita tak
membawa jas hujan, hanya membawa jaket, sebotol air+susu di termos
kecil+beberapa snack, hanya itu.
Dari Pestan kita santai banget
jalannya, karena dari sini jalan lumayan menanjak. Sampai di Pasar watu kita
istirahat sebentar, dan disini juga ada beberapa pendaki lain yang juga
istirahat. Sehabis Pasar watu ada dua jalur, lurus naik, dan belok kiri. Dan
saat itu kita memilih lurus naik. Disini, Moris dan Alinco malah pengen jalan
belakangan, katanya mau melakukan panggilan alam hehehe... oke, kita berlima
naik, dan mereka berdua kita tinggal, dan katanya mereka nunggu di Pasar watu.
trek setelah pasar waktu lurus nanjak
Hmmm... treknya bener-bener dah, parah
gilaaa... menanjak, berbatu, lumayan memacu adrenalin. Lengah sedikit aja
mungkin akan jatuh ke jurang, dan memang disini jalan setapak di kanan dinding
berbatu, di sebelah kiri jurang. Dan setelah sampai diatas, ternyata ini jalan
buntu. Yaa.. disini hanya bukit buntu, kalo kita mau ke ke puncak ternyata
harus belok ke kiri tadi. Bisa sih ke puncak dari sini, tapi jalannya cukup
mengerikan bagiku.
Cuaca memang kurang mendukung untuk
saat itu, tiba-tiba gelap, dan akhirnya gerimis. Sempat berulang-ulang kita berpikir,
melanjutkan pendakian dengan kondisi hujan atau turun, kembali ke tenda, dan
entah kembali menuju puncak apa enggak. Dan mengingat kita meninggalkan dua
makhluk tadi *haha.. si Moris dan Alinco maksudnya :D*
Ya udah, akhirnya setelah melakukan
perdebatan yang sangat sengit *hehe.. enggak ding,, kompromi secara halus
maksudnya* kita bertiga (Aku, Ucup, dan Vendra) memutuskan untuk turun menemui
Moris dan Alinco, niatnya kembali ke tenda, dan hanya inugk dan Edi yang
melanjutkan pendakian ke puncak.
Kita turun dalam kondisi hujan,
lama-lama hujannya cukup deras, mana kita gak ada yang bawa jas hujan, apalagi
si Ucup, dia malah gak bawa jaket, cukup nekat memang. Sesampainya di Pasar
Watu ternyata Moris dan Alinco gak ada, pikir kita mungkin mereka udah turun ke
tenda. Ya udah, kita bertiga langsung turun menuju tenda di Pestan. Hujan, tanpa
jas hujan, jalan licin, hmmm.. benar-benar berat bagiku untuk turun dalam
kondisi kaya gini. Dan tiba-tiba tanpa diduga sandal yang aku pake lepas/copot,
apa ya istilahnya jebat *jawa* gegara aku turunnya agak lari dikit, kebetulan
waktu itu jalannya menurun dan pikirku kayaknya mudah kalo agak lari kecil2
gitu, dan ternyata unlucky huuhh.. dan dari situ aku mulai jatuh berkali-kali,
ohh Tuhan kapan sampai di Pestan ini..
Sampai di Pestan, basah kuyup, baju
belepotan kena lumpur, haduuuhh..paraaahh.. paraaahh..... Dan ternyata
sesampainya di Pestan, tenda dalam keadaan kosong, gak ada orang, lah trus
kemana mereka berdua, kita tanya ke pendaki lain yang mungkin sempat ketemu
dengan Moris dan Alinco, dan katanya mereka menuju puncak. Tak lama, tiba-tiba
Edi sampai di tenda, katanya treknya makin ganas, dia mutusin buat turun dan
gak lanjut puncak, jadi tinggal inugk yang melanjutkan ke puncak. Edi ngasih
kabar kalo tadi udah ketemu sama Moris dan Alinco, sukur deh kalo udah ketemu.
Sementara itu kita berempat masak mie
instan dan minuman hangat, lumayan buat mengganjal perut hehe.. udah satu jam
lebih hujan belum reda-reda juga. Ini membuat kita yang ada di tenda cemas,
gimana dengan mereka bertiga diatas sana, gak bawa jas hujan, perbekalan minim.
Rencana setelah hujan reda, Ucup dan Edi menyusul ke atas. Diluar sana hujan
makin deras, kabut makin tebal, ya Tuhan lindungilah teman-teman kami,
selamatkanlah mereka Tuhan..
Akhirnya sekitar jam 14.00-an Ucup dan
Edi menyusul mereka ke atas, dan tak lupa membawa jas hujan+minuman hangat buat
mereka. Sempat kita berpikir, kalo nanti
lebih dari dua jam gak turun-turun juga, kita lapor ke tim SAR, dan semoga saja
gak sampe dua jam mereka udah turun.
Alhamdulillah, tak ada dua jam
tiba-tiba inugk sampai di tenda, dan disusul yang lainnya. Terima kasih ya
Allah.... Sesampainya di tenda mereka pun cerita, ternyata Moris dan Alinco
bisa sampai di Puncak Buntu, dan inugk berhasil menapakkan kaki di Puncak kawah
(Puncak Sumbing).
Ada cerita menggelikan, ternyata tadi
mereka berdua (Moris dan Alinco) berteduh di bawah pohon *sebelum ketemu inugk*,
karena gak membawa jas hujan, ada beberapa pendaki lain yang melihatnya kasihan
*mungkin*, berdua kaya orang hilang, kedinginan, akhirnya dikasih tuh berdua
jas hujan sama pendaki lain itu. Ehh.. itu dua orang, dikasih hati minta
ampela, sehabis dikasih jas hujan, malah minta makanan+minuman. Dan emang tuh
mas-mas (pendaki lain) baik banget ya, udah ngasih jas hujan, di kasih mie
instan juga akhirnya. *terima kasih masnya, udah menolong teman kami yang
hampir hilang :)*
gembel gunung berhasil ditemukan :D
kawah Sumbing
Berhasil sampai Puncak Buntu
Setelah sampai di Puncak Buntu,
katanya mereka terpisah lagi dengan inugk. Akhirnya inugk melanjutkan
pendakiannya ke Puncak kawah sendirian. Dan katanya lagi, udah gak ada lagi
pendaki lain yang naik ke puncak kawah. Jelas aja, siapa juga yang mau mendaki
dengan trek yang super duper gila ngerinya dalam kondisi hujan berkabut. Memang
nekat temanku yang satu ini, meski hujan keinginannya meraih puncak Sumbing
tetap kuat, tekatnya begitu bulat. Padahal menurut ceritanya, untuk menuju
puncak kawah ini harus merayap dengan dinding berbatu. Katanya trek menuju
puncak kawah kaya menuju ke kawah mati gunung sindoro, kita harus meraba-raba
mencari pegangan yang kuat di dinding berbatu itu, dan ini lebih ngeri dari trek
menuju kawah mati gunung sindoro. Aku salut dengan perjuanganmu teman :)
Puncak Sumbing 3.371 Mdpl
Akhirnya hampir jam 17.00 hujan reda
juga, kita packing peralatan dan siap-siap untuk turun. Kita memutuskan turun
habis Maghrib. Ini akan menjadi hal yang sangat berat untukku, dimana sandalku
lepas/copot/jebat tadi. Aku turun memakai sandal jepitnya Alinco, benar-benar
pasti berat nantinya. Apalagi habis hujan, pasti jalanan licin. Ya Allah
mudahkanlah jalan kami, lindungilah kami...
Dan benar, apa yang aku khawatirkan
tadi benar-benar terjadi, turun dalam kondisi gelap, habis hujan, jalan licin,
pakai sandal *sandal jepit pula* benar-benar beraaaaatttt... susaaaaahhh... Aku
putuskan untuk turun tanpa alas kaki, bodoh memang, tapi gimana menurutku memakai
sandal malah lebih susah, sesekali sandal aku pakai lagi, mungkin kalo
diprosentase, turunku tanpa alas kaki 65% wuuuaaaaa..... gila memang. Berkali
kali aku terpeleset, jatuh, entah udah berapa kali aku jatuh. Saat itu, semuanya
aku pasrahkan pada Allah, pikiranku udah berpikir kemana-mana. Sepertinya benar-benar
susah aku bisa sampai di basecamp.
Hampir mau nangis saat itu, aku inget rumah, inget ibu, inget bapak, inget
kakak-kakak di rumah. Aku jadi berpikir, mungkin ini hasil dari memaksakan
kehendak. Yaah.. memaksakan kehendak.
Kita turunnya memang pelan-pelan,
sesekali kita istirahat, melihat-lihat jam. Kita memprediksi mungkin nanti
sampai basecamp paling lama jam 24.00. Semoga aja sebelum jam 24.00 udah
sampai. Tak berapa lama sampai juga kita di pos II, Pos I, sungai kecil, ladang
penduduk. Mulai di ladang penduduk ini yang jalannya mulai berbatu, aku memakai
sandal lagi. Dan mulai disini, kita jaraknya agak berjauhan, di barisan paling
depan Vendra, Inugk, Edi, di barisan belakang ada Alinco, Moris, ucup. Dan aku
ada di tengah-tengah, lama-lama jarak mulai menjauh. Dan baru aku sadar,
ternyata jarak di depan dan belakang lumayan jauh. Ya Tuhan ternyata aku
sendirian. Padahal ini mau melewati jembatan, pohon bambu itu. Gimana ini, mau
mengejar depan aku udah gak kuat, menunggu belakang lumayan lama. Ya udah, aku
memberanikan diri, ya.. aku berjalan sendiri, melewati jembatan itu, rimbunan
pohon bambu itu. Aku melihat jam di tangan, sekitar jam 22.00-an. Lumayan ngeri
juga melewati jalan asing sendirian, dan akhirnya sampai juga di rumah-rumah
penduduk dengan banyak tikungan, sedikit bingung belokan yang benar yang mana.
Tapi alhamdulillah, Allah selalu bersamaku. Tinggal satu tikungan lagi udah
sampai basecamp. Tak berapa lama, ada motor berhenti. Dan ternyata itu Alinco
dibonceng mas-mas, kakinya sedikit bermasalah, entah berdarah atau apa aku juga
kurang tau. Dia memutuskan untuk berjalan menemaniku. Akhirnya.. ada teman juga.
Dan tak lama hampir jam 23.00 sampai juga kita di basecamp Sumbing.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah..
Karena sampai basecamp kemalaman, kita
putuskan untuk tidur di basecamp, pulang ke Klaten besok pagi. Rencana
pendakian 3 hari 2 malam, jadi 4 hari 3 malam.
Pendakian ini benar-benar luar biasa,
luar biasa tantangannya, luar biasa cobaannya. Cuaca kurang mendukung, hujan,
badai, terpisah dengan teman-teman, sandal yang bermasalah, turun tanpa alas
kaki. Setelah aku berpikir kembali, ini mungkin salah satu akibat dari
memaksakan diri, memaksakan kehendak, ya seperti yang kubilang sebelumnya..
Dan baru kali ini selama pendakian,
tak ku gapai puncaknya. Memang mendaki tak melulu tentang puncak, yang
terpenting adalah, bagaimana kita mengalahkan ego kita, bagaimana kita
mensyukuri apa yang Tuhan ciptakan, kebersamaan, dan yang paling penting
selamat sampai rumah. Terima kasih Tuhan....
Sumbing via Garung jalur baru
30 Desember 2012 - 2 Januari 2013
Salam Lestari,
Rizky Fauzy